Categories: Resensi Film

A Whisker Away – Ternyata Menjadi Seekor Kucing Tidak Seindah yang Kita Kira!



Judul : Nakitai Watashi wa Neko o Kaburu (Jepang), A Whisker Away (Inggris).

Genre : Animasi, drama, komedi, magis, keluarga.

Sutradara : Junichi Sato

Durasi : 1 jam 44 menit

Rilis : 18 Juni 2020



Oleh : Insyirah Salsabila Alif

Gambar : Google.com

Pada awal bulan Juni tahun ini, perilisan anime movie dengan judul A Whisker Away, juga dikenal di Jepang sebagai Nakitai Watashi wa Neko o (Aku Ingin Menangis, Jadi Aku Berpura-pura Menjadi Seekor Kucing) di bioskop pada akhirnya harus ditunda dengan mengingat adanya krisis pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung. Namun tidak berhenti sampai di situ saja, film ini akan berpindah tayang ke jalur streaming, tepatnya akan debut secara eksklusif di seluruh dunia melalui layanan Netflix pada 18 Juni 2020. Film ini akan menjadi salah satu anime movie pertama yang akan tayang perdana di Netflix pada hari yang sama di seluruh dunia. 

A Whisker Away disutradai oleh Junichi Sato dan skripnya ditulis oleh Mari Okada. Film ini mengisahkan tentang seorang gadis SMP bernama Miyo Sasaki yang diperankan oleh Mirai Shida, yang sedang mencari jati dirinya. Gadis periang yang akrab disapa Muge ini menyukai dan mencoba menarik perhatian Kento Hinode, yang diperankan oleh Hanae Natsuki yang sekelas dengannya. Hinode sapaan akrabnya, merupakan sosok yang bersikap dingin dan ‘hemat’ bicara, hal tersebut nyatanya telah menarik hati Muge untuk jatuh cinta kepadanya. Ia selalu menganggap dirinya berbeda dengan Muge yang selalu riang dan mampu menghadapi setiap masalah dalam hidupnya.

Namun di balik sifat periang Muge, ternyata ia memendam begitu banyak masalah yang menurutnya tak sanggup untuk ia hadapi. Salah satunya yaitu kala ia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa ibu dan ayahnya tak dapat lagi bersatu, sehingga sang ibu meminta Muge untuk tinggal bersamanya. Berawal dari percakapan itulah Muge merasa kecewa dan tak terima dengan apa yang terjadi, maka ia memilih untuk meninggalkan festival musim panas yang ia kunjungi dengan sang ibu.

Tanpa Muge sadari, ia telah kabur begitu jauh dan telah memasuki dunia yang berbeda dengan kehidupan manusia pada umumnya. Dunia apakah itu? Jika kalian berpikir bahwa ia memasuki dunia arwah seperti pada film Hotarubi no Mori e, maka kalian salah. Muge, yang merupakan pemeran utama dalam film ini telah memasuki dunia kucing (Neko) dimana kenampakan dunia ini persis seperti kehidupan di dunia manusia. Kucing-kucing itu berjalan dengan dua kaki dan juga mengenakan pakaian khas musim panas. Di dunia inilah Muge diberikan sebuah topeng oleh seekor kucing magis bernama ‘Penjual Topeng’ yang mampu memberi kejadian unik pada Muge tiap kali ia mengenakannya.

Berkat kejadian itulah, Muge mampu berubah wujud dari seorang manusia menjadi seekor kucing, begitupun sebaliknya tiap kali ia mengenakan topeng itu. Ia melakukan hal tersebut setiap pulang sekolah untuk bertemu dengan sosok Hinode dalam wujud kucing. Muge berubah wujud menjadi seekor kucing bernama Taro untuk menghibur Hinode yang juga memiliki masalah dalam keluarganya. Selain itu, Muge melakukannya sebab ia tak begitu nyaman harus serumah dengan ibu sambungnya, walau sebesar apapun usaha ibu sambungnya untuk mengakrabkan diri dengan Muge.

Berbeda dengan sikapnya yang tak acuh di setiap tingkah Muge di sekolah, Hinode ternyata sangat ramah dan menyayangi kucing yang ia dapatkan dari festival musim panas malam itu. Ya, kucing itu adalah wujud dari Muge yang diberi nama Taro oleh Hinode. Namun, Hinode tidak menyadari bahwa kucing yang selama ini bersamanya adalah sosok Muge yang telah menjelma menjadi seekor kucing. Kucing ini selalu mampu mengembalikan semangat Hinode, utamanya dalam mengrajin tembikar. Dengan kucing ini pula Hinode mampu mengeluarkan keluh kesahnya yang selama ini tak dapat ia sampaikan kepada keluarganya.

Muge yang dalam wujud kucing pun dibuat kebingungan, sebab ia sangat ingin membantu Hinode untuk melalui masalah hidupnya. But that seems impossible! Apalagi dengan wujud Taro-nya. Ia juga tak dapat berbuat banyak ketika dalam wujud manusia, sebab ia begitu malu untuk menyemangati lelaki pujaannya itu. Terlebih lagi ia sedang jatuh cinta dengan Hinode dan tak mampu mengutarakan perasaannya, baik dalam wujud manusia ataupun seekor kucing. 

Dilema dirasakan oleh Muge kala bertemu untuk ke-sekian kalinya dengan si Penjual Topeng. Ia dipengaruhi untuk menyerahkan jiwa manusianya agar selamanya dapat bersama dengan Hinode dalam wujud kucing. Dalam scene inilah Muge merasa bingung akan jati dirinya. Ketika menjadi sosok manusia ia tak mampu mengutarakan perasaan sesungguhnya kepada Hinode, Ayah, Ibu, dan ibu sambungnya. Ia selalu saja berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa dalam kehidupannya dengan selalu tersenyum. Pun dalam wujud kucing, ia hanya mendengar keluh kesah Hinode tanpa mampu berbuat banyak. Bila ingin memberi isyarat dengan ‘bahasa kucing’ pun nampaknya mustahil, pasti tidak akan ada yang paham. 

Efek suara yang disajikan dalam film ini pun sangat real, di mana penonton menikmati setiap detil suara yang disajikan. Selain itu, musik yang disajikan untuk menambah keseruan film sangat sesuai dengan adegan yang dilakukan pemain, sehingga penonton tidak merasa bosan ketika menyaksikan film ini. Contohnya saja pada adegan ketika Hinode terbentur pohon di Pulau Kucing terasa begitu nyata.

Gerak karakter yang sangat halus di hadapan kamera pun semakin menambah kesempurnaan film ini, sehingga penonton mampu larut dengan adegan-adegan yang disajikan. Manusia, kucing, dan lokasi yang ditampilan dalam film ini pun tentu memiliki desain dan daya tarik tersendiri, sehingga kita tak akan bosan ketika mereka sedang melakukan aksi.

Bagi kalian yang sering berkata bahwa ‘ah capek jadi manusia, pengen jadi kucing saja’ ataupun terlintas di pikiran untuk menjadi seekor kucing, maka film ini akan mengubah cara pandang kalian melalui beberapa adegan pemeran utama ketika menjadi wujud seekor kucing. Kehidupan seekor kucing ternyata rumit juga loh! Sebagai contohnya ketika Muge menyesali keputusannya untuk menjadi seekor kucing seutuhnya. Ia ingin kembali menjadi sosok manusia dan berjanji tidak lari dari masalahnya.

Di samping menyajikan kisah yang jenaka yang mampu membuat penonton terpingkal-pingkal, film ini mengajarkan betapa pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter anak dan tetap berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tenang.

Selamat menonton!

Kosmik

Recent Posts

Light Behind The Loss

Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…

1 week ago

Meraba Jati Diri dalam Proses Mencari Rumah

Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…

3 weeks ago

Case Cracker Hadirkan Pengalaman Praktis PR di Basic Public Relations Class

Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…

3 weeks ago

Praktik PR yang Perlu Diketahui dalam Dunia Pekerjaan

Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…

3 weeks ago

Basic PR Class Bahas Aspek Penting yang Perlu Diperhatikan Seorang Public Speaker

Penulis: Kayla Aulia Djibran Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) melalui…

3 weeks ago

Singa yang Ditunggu Kehadirannya

Oleh: Radian Dwi Imam Ar'rafi Ilustrasi: Summer Bloom Manhua Sejak hari pertama kita bertemu, kamu…

3 weeks ago