Categories: Opini

Ikigai: Memiliki atau Menjadi?

Teks oleh M. Rafly Purnama

Ilustrasi oleh Zhafirah Amalia

Ikigai adalah filosofi hidup orang Jepang dan sebutan ini selalu diekspresikan sebagai “Alasan orang bangun di pagi hari”. Secara terminologi, iki berarti “kehidupan” dan gai berarti “nilai”. Ini dapat ditarik kesimpulan bahwasanya ikigai adalah nilai kehidupan. Di samping pengertiannya tersebut, ikigai mempunyai makna yang mendalam akan hakikat nilai kehidupan. Dimana kehidupan yang kita jalani sebagai manusia mempunyai tujuan yang ingin dicapai atau diraih namun banyak manusia justru terjebak dalam lingkaran kebingungan, seperti menjalani kehidupan namun merasa tidak mengetahui kegunaan dari apa yang telah dilakukan.

Memiliki dan menjadi adalah konsep dua pilihan untuk menjalani hidup. Memiliki berorientasi pada kepemilikan individu semata, prinsip ini hanya menekankan pengumpulan materi sebanyak banyaknya. Pun tidak bisa dipungkiri pada dasarnya manusia memiliki sifat fundamental  yaitu “mempertahankan atau mengumpulkan hak milik”. Pilihan akan konsep memiliki ini terkadang akan membentuk sebuah ketidakbermaknaan hidup, artinya tidak memiliki esensi dalam setiap aktivitas yang dilakukannya. Berbeda dengan konsep menjadi yaitu berorientasi pada produktivitas, dimana hak milik bukan tujuan utama namun bagaimana bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri dan sekitarnya. Apabila konsep ini dijalankan maka kebermaknaan dalam hidup didapatkan, aktivitas yang dilakukanpun mempunyai esensi yang berati bagi manusia.

Dua konsep itulah yang menjadi dasar kemiripan bagaimana filosofi ikigai dijalankan. Konsep “menjadi” lebih dititikberatkan sebagai tangga mencapai ikigai. Dan konsep “memiliki” sebagai hambatan untuk meraih ikigai. Terkadang manusia telah menjalankan sebetul-betulnya hidup namun menemukan kebuntuan di tengah perjalanan, mulai dari suatu masalah yang menghadang, hilangnya motivasi dan semangat atau sudah tidak memiliki lagi etos hidup.

Kendalanya adalah terkadang kita suka atau mencintai pekerjaan kita tapi biaya yang didapatkan sedikit. Atau kita bekerja dengan biaya tinggi namun tidak sama sekali mencintai pekerjaan tersebut, dan berbagai macam persoalan lainnya yang biasa ditemui dan mengakibatkan hilangnya motivasi untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.

Ada beberapa bagian dari proses meraih ikigai yang kemungkinannya kita berdiri di salah satu bagiannya, seperti bagian kita bekerja atas dasar suka dan cinta, atas dasar dunia atau karena lingkungan membutuhkan pekerjaan kita, atas dasar biaya yang kita terima, dan atas dasar yang menjadi keahlian kita di bidang tersebut.

Ikigai berusaha meleburkan bagian-bagian tersebut yang apabila diibaratkan sebagai sebuah lingkaran maka dalam setiap ¼ lingkaran terdapat satu poin. Keempat bagian-bagian tersebut apabila digabungkan akan membentuk lingkaran dengan pembatasan masing masing bagian. Ikigai akan tercapai apabila pembatasan akan empat bagian tersebut dihilangkan atau dicampur menjadi satu kesatuan.

Intinya adalah bagaimana kita mengerjakan sesuatu yang bukan hanya bermanfaat untuk diri kita tapi juga orang lain. Bagaimana kita bekerja atas dasar cinta, bayaran tinggi, dan sesuatu yang dibutuhkan oleh orang sekitar. Hal-hal yang akan berdampak kepada kita dalam melihat makna dan nilai dari setiap aktivitas yang dilakukan.

Jadi menarik garis lurus dari pengertian ikigai dan prinsip “menjadi” akan membentuk suatu kesatuan yang sama dan saling melengkapi. Untuk menjalankan ikigai sebagai kebermaknaan hidup, maka dibutuhkan prinsip “menjadi” yaitu produktivitas yang dilakukan dan akan melahirkan nilai guna pribadi baik untuk diri sendiri dan sekitarnya. Saat ini banyak yang menilai sebuah kesuksesan hidup dari suksesnya menjual diri semata tanpa mementingkan nilai guna pribadi di dalamnya. Itulah mengapa ada yang mencapai kesuksesan namun merasa hambar dalam setiap tindakan yang dilakukannya, mereka yang dipenjarakan oleh pekerjaannya sendiri karena tidak menemukan makna di dalamnya. Namun ada juga yang merasa tidak dipenjarakan karena mendapat makna dari tiap-tiap perbuatannya

Baruga Kosmik

Recent Posts

Mahasiswa Komunikasi Unhas Raih Juara Tiga KTI di PENA 2024 dengan Inovasi Pencegahan Deforestasi

Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…

2 weeks ago

Light Behind The Loss

Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…

1 month ago

Meraba Jati Diri dalam Proses Mencari Rumah

Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…

1 month ago

Case Cracker Hadirkan Pengalaman Praktis PR di Basic Public Relations Class

Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…

1 month ago

Praktik PR yang Perlu Diketahui dalam Dunia Pekerjaan

Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…

1 month ago