Teks oleh Jabal Rachmat Hidayatullah
Gambar oleh dream.co.id
Assalamu ‘alaikum, kudengar salam khas itu di pagi hari, di tanggal 21 September. Mungkin bukan sesuatu yang spesial buatku, namun entah mengapa senantiasa ada orang yang menyapaku dengan mengucapkan salam itu. Kadang sedikit takut terhadap orang – orang yang memberikan salam seperti itu, bukan tanpa alasan, teriakan teriakan takbir saja masih senantiasa dijadikan senjata ampuh untuk memantik bara di dalam wacana. Mungkin untuk beberapa orang, salam khas seperti itu bukanlah suatu masalah, namun bagi sebagian orang yang memiliki cerita pahit yang terkait dengan kelompok ekstremis, itu merupakan sebuah tombol untuk bisa mengakses ingatan masa lalu.
Salam seyogyanya merupakan kata serapan dari Bahasa Arab yang berarti damai, selamat dan aman. Tak hanya itu, dalam kajian Ilmu Bahasa Arab, isim selalu terdiri dari tatanan tiga huruf. Lebih jauh lagi, dalam Ilmu Sharaf kata yang panjang sekalipun sebenarnya bersumber dari formasi tiga huruf tadi. Lihat saja seperti kasus salam tadi, salam dalam Bahasa Arab jika ditulis terdiri dari formasi huruf adalah sin – lam – mim. Dalam kajian Ilmu Sharaf, kata Islam bersumber dari susunan tersebut. Sehingga sebenarnya, salam dan Islam merupakan dua elemen yang tak terpisahkan, membentuk sebuah perdamaian.
Tepat 36 tahun yang lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan tanggal 21 sebagai Hari Perdamaian Dunia. Sebuah hari yang sangat fundamental dalam sejarah peradaban. Bukan hanya sekadar tentang perang, orang tidak boleh berperang pada hari tersebut. Namun juga tentang perdamaian dalam arti yang lebih luas lagi. Sebelum ditetapkan pada 1981, Hari Perdamaian Dunia jatuh pada Satu Januari. Hari tersebut ditetapkan oleh Gereja Katolik Roma, karena cinta kasih dan agama perdamaian merupakan trademark yang diusung oleh agama Kristen.
Kata agama berasal dari dua kata, A dan Gama. A yang berarti tidak, dan Gama yang berarti kacau. Sedangkan dalam Bahasa Arab, agama diistilahkan dengan Din, yang berarti menyerahkan diri. Sementara dalam bahasa Inggris, agama dibahasakan dengan religion yang berasal dari Bahasa Latin religio yang berarti terikat. Sehingga dari tiga bahasa kita bisa menarik bahwa seyogyanya agama adalah sebuah bentuk penyerahan diri dalam ikatan, untuk menciptakan kondisi yang tidak kacau. Bentuk penyerahan diri dan ikatan bisa kita analogikan ke Tuhan sebagai Yang Maha Segalanya. Sebab, hak-hak kebebasan manusialah yang sebenarnya menjadi sumber malapetaka kekacauan yang ada. Manusia senantiasa menginginkan kebebasan, sedangkan kebebasan manusia selalu dibatasi oleh kebebasan individu lain.
Hingga akhirnya, jika kita telah benar benar paham terhadap konsep beragama, maka jangankan pada penganut agama yang sama, Kita pun bisa saling merangkul dengan agama. Sebab agama mengajarkan kita untuk menyingkirkan ego kita dalam kehendak kuasa Tuhan. Namun, apalah daya ketika salam yang dahulu dibarter dengan senyuman, kini tereduksi ke dalam ruang abstrak yang akhirnya membiaskan salam menjadi kebencian karena disusupi hoax. Selamat berdamai dengan dirimu sendiri. Selamat Tahun Baru Hijriah 1439 H.
Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…