Teks oleh Gerry Andriano S.
Foto: andiridwan.files.wordpress.com
Ada kejadian yang masih saya ingat beberapa minggu yang lalu, kejadian itu terjadi di salah satu jalan utama Kota Makassar. Saat itu saya sedang mengendarai sepeda motor dan dari samping kiri saya muncul mobil yang hampir tersenggol oleh motor saya, terang saja pengendara mobil ini langsung menegur saya dengan spontan berteriak.
Kejadian ini mengambarkan bagaimana keadaan jalan yang sangat beresiko dan memerlukan kehati-hatian saat berkendara karena jika kehilangan konsentrasi sedikit saja maka nyawa kita bahkan orang lain bisa terancam. Data yang saya peroleh dari salah satu portal berita online, Pojok Sulsel menyatakan bahwa angka korban meninggal akibat kecelakaan di provinsi Sulawesi Selatan mencapai 599 orang (dari tahun 2015 selama triwulan I dan II), di mana Kota Makassar menempati posisi tertinggi, yaitu 23 orang meninggal dari 83 kasus kecelakaan.
Dapat dilihat bagaimana kecelakaan sangat rawan terjadi di jalan, secara khusus di Kota Makassar ini. Secara kuantitas tentu saja kendaraan di Kota Makassar sangatlah padat. Data dari Sistem Administrasi Satu Atap (Samsat) menunjukkan bahwa kenaikan jumlah kendaraan mencapai 2-5 persen setiap tahun, untuk tahun 2014 saja jummlahnya mencapai 8- 10 ribu kendaraan. Kepadatan inilah yang kemungkinan besar menjadi indikator tingginya angka kecelakaan dan kematian di jalan raya. Tetapi, ada hal yang kira-kira menjadi titik penyebab tingginya kecelakaan khususnya di Kota Makassar. Ada kebiasaan yang seharusnya tidak dilakukan yakni berkendara tanpa menggunakan helm, hal ini membuat kemungkinan jatuhnya korban jiwa dalam kecelakaan menjadi lebih tinggi. Kemudian rendahnya pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya, jika dilihat dari segi umur belum mencukupi untuk bisa membawa kendaraan.
Diremehkannya keamanan dan lemahnya pengawasan diperparah lagi dengan adanya rasa gengsi. Sebuah survei dari World Health Organitation tahun 2011, Indonesia tiap tahunnya kehilangan hingga 400 ribu nyawa anak di bawah usia 25 tahun karena kecelakaan lalu lintas. Angka ini setara dengan seribu kematian remaja tiap hari. Rasa gengsi di kalangan remaja juga menjadi penyebab angka kecelakaan. Pada umumnya para remaja merasa tidak gaul dan terkucilkan jika tidak mampu seperti temannya yang lain yang sudah mulai menggunakan kendaraan bermotor. Nah, akibat dari rasa gengsi ini, dan lemahnya pengawasan orang tua akhirnya berakibat pada seringnya remaja melanggar peraturan lalu lintas akibat tidak adanya penjelasan dan pengertian yang mereka dapat. Akhirnya berakibat pada kecelakaan lalu lintas. Saya rasa perlunya bimbingan dari orang tua adalah harga mati, keluargalah yang menjadi tempat anak-anak belajar untuk pertama kalinya sehingga dalam tahap ini tentu bimbingan tidak boleh putus atau berhenti. Mari perhatikan anak-anak dalam setiap keluarga kita. Jangan sampai kita merasa bahwa dengan memberikan kebebasan anak-anak untuk memakai kendaraan kita memberi kemudahan bagi mereka. Kita akan meratap sedih jika yang terjadi adalah petaka berupa kecelakaan karena kelalaian dalam mendidik. Ingatlah selalu bahwa jalan raya berbahaya, jika tidak mematuhi peraturan, dan tidak memberi pengarahan dan pengawasan.
Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…