Judul : Janji
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Sabak Grip Nusantara
Jml Hal : 488 hal
ISBN : 978-623-97262-0-1
Guna menggenapkan kerinduan para penggemar akan karyanya, Tere Liye kembali melahirkan novel yang sarat akan makna kehidupan, yakni Janji. Novel dengan sampul dominan berwarna putih dan kata ‘Janji’ berwarna merah di atasnya itu cukup menggambarkan seperti apa kisah yang akan tertuang di dalamnya. Diterbitkan pada 20 Juli 2021 dengan keadaan masih berjibaku dengan pandemi, membaca novel ini akan menuntun kita agar lebih menghargai kehidupan yang kita miliki.
Penelusuran jejak kehidupan Si Tepat Janji ini dikemas melalui pengembaraan trio bengal yang merupakan santri pada pesantren Buya. Mereka adalah Hasan, Baso, dan Kaharuddin. Kenakalan yang mereka lakukan memaksa Buya harus menghukum tiga sekawan itu untuk mencari keberadaan Bahar; sosok yang melebihi kenakalan mereka. Hukuman tersebut adalah amanah dari ayah Buya yang hingga di akhir hayatnya terus mencari Bahar dan diiringi rasa bersalah. Trio Bengal menyanggupi perintah tersebut dengan antusias dan rasa penasaran. Berkat ikatan Hasan, Baso, dan Kahar yang unik dan saling melengkapi, membuat kehadiran mereka mampu menghidupkan suasana napak tilas kehidupan Bahar semakin seru.
“Di antara mereka bertiga, Hasan adalah otaknya, Kaharuddin adalah tangan dan kakinya, Baso adalah hatinya… Hasan pada dasarnya cerdas. Dia kreatif dan jeli dalam melihat situasi. Sementara Kaharuddin, dengan tubuh tinggi besar, dia memang cocok jadi biang ribut. Baso lain lagi, dengan sifatnya yang ceplas-ceplos, spontan, tidak peduli, membuat kenakalan mereka jadi lebih mantap…” (halaman 36).
Dalam pengembaraannya, ketiga sahabat itu mengunjungi setiap tempat yang menjadi saksi bisu dari kehidupan seorang Bahar. Bertemu dengan orang-orang terdekat Bahar yang memiliki karakter, latar belakang, bahkan wilayah yang berbeda. Mulai dari ibu kota provinsi, menyebrang pulau, hingga tiba pada ibu kota negara. Meskipun orang-orang yang mereka temui hanya mengetahui sepenggal demi sepenggal kehidupan Bahar, ketiga sahabat itu tetap semangat mengembara untuk menuntaskan teka-teki akan sosok Bahar ini.
Alur pada novel ini menggunakan alur maju-mundur. Alur mundur saat narasumber; Bos Acong, Bibi Li, Pak Asep, Pak Mansyur, Surti dan Budi, Muhid dan Etek, hingga pada Pak Sueb menceritakan pengalaman terbaik mereka dengan Bahar yang membuat kita larut akan perbuatan dan keteladanannya, seakan-akan kita turut terlibat dalam kisahnya. Alur maju saat Hasan, Baso, dan Kahar mendengarkan dan mencatat dengan baik informasi-informasi berharga itu. Genre novel yang diangkat dengan tema persahabatan, kriminal, dan petualangan ini sesuai untuk dinikmati oleh semua kalangan umur. Baik itu remaja, dewasa, bahkan lanjut usia sekalipun, dengan tetap bijak dalam menyikapi setiap plotnya.
Tere Liye mampu mengemas kisah fiksi tersebut dengan baik sehingga penulis sendiri ketagihan untuk terus melanjutkan bacaan hingga tuntas. Perjalanan Bahar yang bagai roller coaster bagi penulis serasa mampu membawa emosi para pembaca untuk turut merasakan betapa getir kehidupan yang Si Tepat Janji itu lalui. Terlepas dari perangai buruk Bahar di masa lalu, pengalaman-pengalaman hidupnya yang disajikan pada 5 poin bab yang berbeda dapat kita tiru dan terapkan dalam kehidupan nyata. Setiap lembarnya memiliki sebuah refleksi nilai kehidupan yang sangat besar nilai dan manfaatnya untuk para pembaca.
Kisah penelusuran Si Tepat Janji oleh Trio Bengal itu berakhir dengan kisah yang mengharukan sekaligus menyejukkan hati. Penulis bahkan ikut menitikkan air mata saat tiba di bab akhir. Namun penulis merasa kurang puas akan klimaks cerita yang tidak menceritakan kelanjutan kesepakatan antara tiga sahabat itu dengan Buya.
“Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan di sana. Dan orang-orang yang sabar dan bersyukur akan memilih mengingat hal-hal yang baik dibandingkan yang menyakitkan.” (Halaman 428).
Kisah Bahar ditutup dengan pemberian lima pusaka oleh ayah dari Buya. Pusaka tersebut berupa petuah-petuah dengan khasiat yang magis. Penasaran dengan isi dari petuah tersebut? Silakan baca novel Janji, karya Tere Liye.
Pastikan kamu tidak membacanya dari sumber bajakan. Bila belum mampu membeli novelnya, boleh pinjam pada teman-teman yang telah memilikinya. Selamat membaca!
Oleh: Insyirah Salsabila Alif
Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…