Oleh : Nur Anissa Putri N
Berbicara mengenai kaidah berpikir, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa sebenarnya berpikir itu? Kenapa kita harus berpikir? Untuk apa berpikir itu? Secara singkat, berpikir mempunyai guna/cara untuk memahami hal-hal yang berada disekitar kita agar kita tidak menafsirkan sesuatu dengan keliru.
Sadar atau tidak sadar, aktivitas berpikir selalu dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu aktivitas yang kecil maupun besar. Tidak ada satupun manusia yang tidak berpikir. Sehingga berpikir adalah sebuah fitrah dari manusia itu sendiri.
Manusia sering kali merasa resah terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya, oleh karena itu manusia ingin mencari tahu apa yang tidak diketahuinya dan itu menjadi sebuah eksistensi dari berpikir. Tak hanya itu saja, jika manusia ingin mengembangkan dirinya di bidang tertentu, pastinya dibutuhkan cara berpikir memahami sistematika di dalam bidangnya dan juga cara beradaptasi dengan zaman. Sebab itulah,berpikir juga disebut sebagai universal need untuk manusia itu sendiri.
Berpikir merupakan sebuah karunia dari tuhan yang diberikan kepada manusia yang kemudian menjadi ciri pembeda dengan ciptaan makhluk lainnya. Seorang filsuf dari Yunani, Aristoteles, mengatakan home est animale rationale yang berarti manusia adalah makhluk yang berpikir. Namun, dari karunia yang diberikan Sang Pencipta kepada kita yaitu pikiran, maka tidak serta merta karunia itu dijadikan sebagai kebebasan hingga merenggut kemerdekaan orang lain.
Setiap orang memiliki kebebasan untuk berpikir. Namun sayangnya, tak sedikit orang yang terjebak dalam cara berpikir yang salah bahkan menyematkan kebebasan berpikir sebagai alibi dan taktik untuk membenarkan tujuannya. Dalam proses lanjutan dari berpikir kita memiliki batasannya. Kita bebas untuk berpikir apa saja tetapi untuk berada pada proses mengimplementasikannya, ada kemerdekaan orang lain yang perlu diperhatikan. Berpikir juga memiliki aturan-aturan yang menjadi dasar atau patokan untuk menghasilkan pemikiran yang bernilai.
Oleh karena itu, dalam berpikir terdapat kaidah atau sebuah aturan berpikiran sehingga dalam berpikir kita tidak keluar dari batasan-batasan yang telah ditetapkan. Ada empat prinsip kaidah berpikir diantaranya :
Setiap sesuatu itu memiliki hakikat dan ciri khasnya yang bersifat tetap, yang dengan ciri khas tersebut mereka bisa berbeda antara satu sama lain dan tidak bisa dipersamakan. Dalam hal ini contohnya, kita tidak dapat berkata bahwa Kristen itu Islam dan Islam itu Kristen hanya karena melihat dari sisi kedua agama tersebut meyakini keesaan Tuhan. Masing-masing agama tersebut memiliki identitas yang berbeda.
Dua hal yang bertentangan itu tidak mungkin saling mendustakan (al-Naqidhan la yukadzziban). Dengan ungkapan lain, salah satu dari dua hal yang bertentangan itu harus benar, dan tidak ada kemungkinan ketiga. Dalam hal ini contohnya, hidup dan tidak hidup. Kita tidak bisa berkata bahwa Si A itu hidup, tapi juga tidak hidup. Tidak ada kemungkinan ketiga.
Dua hal yang bertentangan tidak mungkin terhimpun pada saat dan tempat yang bersamaan (al-Naqidhan la yajtami’an). Seperti ada dan tiada, baik dan tidak baik, sukses dan tidak sukses, serta contoh-contoh serupa lainnya.
Hubungan sebab-akibat, antara suatu peristiwa yang menjadi penyebab peristiwa berikutnya. Contohnya, menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya G30S-PKI.
Oleh: Jessy Marty R. Loardi “ Ancaman Deepfake yang dibuat dari AI bisa berakibat fatal…
Oleh: Yaslinda Utari Kasim Siapa yang tidak kenal dengan karakter Beast? Pangeran buruk rupa yang…
Oleh: Kayla Aulia DjibranEditor: Satriulandari Korps Mahasiswa Komunikasi (Kosmik) Fisip Unhas mengadakan Basic Journalistic Class membahas…
Oleh: Yaslinda Utari Kasim Ruang itu kini kosong. Ruangan yang di desain sederhana namun nyaman.…
Penulis: Inayah Azzahra Novareyna SEditor: Satriulandari Communication Study Club (CSC) Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Unhas…
Oleh : Jessy Marty Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seorang komunikator kepada seorang komunikan.…