Teks oleh Ukhwani Ramadhani
Manusia pada dasarnya selalu berupaya menggunakan akal pikirannya untuk mencari pengetahuan. Memanfaatkan indera yang dimiliki untuk mencari keinginan pun kebutuhannya. Kebenaran adalah salah satu hal yang tak pernah luput dari proses pencarian pengetahuan manusia. Bahkan tak jarang kita mengklaim bahwa apa yang kita katakan adalah sebuah kebenaran, bahkan mungkin sering kali kita merasa paling benar lalu menyalahkan yang lain.
Manusia yang terus mencari kebenaran akan menemukan kebenaran tersebut dalam tiga hal, yakni agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Seseorang mengatakan, “Agama mengantarkan pada kebenaran, dan filsafat membuka jalan untuk mencari kebenaran berdasarkan ilmu pengetahuan”. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan pernyataan Al-Farabi seorang Filsuf muslim terbesar setelah Ibn Sina, bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
Diskusi dimulai dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh pemateri, bahkan peserta. Apakah kebenaran itu? Adakah kebenaran yang mutlak? Mengapa orang-orang sering kali mencari kebenaran?Kapan seseorang dikatakan benar? Bisakah kita menganggap bahwa yang kita dapatkan adalah kebenaran? Tidakkah kebenaran itu hanya berdasarkan persepsi masing-masing pribadi saja?
Peserta diskusi sama-sama memberikan argumentasinya terkait pertanyaan diatas. Ada yang mengatakan bahwa kebenaran itu sesuatu yang dapat dibuktikan adanya, yang lain mengatakan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan benar ketika telah disepakati secara bersama bahwa hal tersebut adalah kebenaran.
Hal pertama yang dibahas adalah kembali menjelaskan tentang cabang-cabang filsafat, yakni ontologi yang berbicara tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, Epistemolgi yang berbicara tentang ilmu pengetahuan, dan aksiologi yang berbicara tentang nilai.
Selanjutnya pemateri membahas tentang beberapa konsep kebenaran dalam filsafat, yakni rasionalitas, materialis, dan eksistensialis. Rasionalitas, orang-orang rasionalis menganggap bahwa esensi manusia itu ada ketika berpikir dengan akalnya. Sebagaimana seorang tokoh Rasionalis asal Prancis, Rene Descartes menjelaskan konsep ini dengan salah satu kalimatnya yang legendaris, “Cogito ergo sum” yang artinya aku berpikir maka aku ada. Jadi konsep kebenaran menurut orang-orang rasionalis ialah sesuatu itu dapat dikatakan benar ketika sesuatu itu ada dalam akal pikiran kita. Ketika kita berpikir tentang gunung emas, maka kita akan membayangkan gunung dengan warna keemesan, karena kita telah memiliki konsep tentang gunung dan emas, hal tersebut benar ada dalam pikiran kita.
Kedua ialah konsep kebenaran menurut orang-orang materialis. Materialisme adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar adalah materi, atau benda, atau segala hal yang dapat dibuktikan langsung adanya, orang-orang materialis menjadikan panca indera sebagai satu-satunya alat untuk mencapai ilmu. Orang-orang materialis tidak mempercayai hal-hal yang bersifat ghaib karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara nyata, dengan panca indera. Kaum materialis ini hampir sama dengan kaum positivis yang menekankan pada objektivitas dan menghilangkan unsur-unsur subjektivitas yang ada,
Dan yang ketiga adalah konsep kebenaran menurut orang-orang eksistensialis. Mereka mengatakan bahwa manusia sebagai individu bertanggungjawab atas kemauannya yang bebas, orang-orang yang menganut paham eksistensialis menganggap bahwa kebenaran itu bersifat relatif karena lahir dari “keakuan” atau subjektivitas setiap manusia. Kierkegaard seorang tokoh eksistensialis mengungkapkan bahwa “sesuatu dianggap sebagai kebenaran apabila ia merupakan kebenaran bagiku atau sesuatu yang bermakna untukku”. Kierkegaard juga mengungkapkan bahwa sesuatu itu dianggap benar ketika apa yang kau pikirkan atau katakan sejalan dengan apa yang kau lakukan, hal inilah yang menyebabkan Kierkeegard akhirnya kehilangan cinta yang 9 tahun dibangun karena melepaskan wanita yang bahkan telah bertunangan dengannya.
Catatan penting dari proses diskusi tentang konsep kebenaran ini adalah, setiap orang hendaknya berusaha untuk berisifat objektif daalam memandang sesuatu, berusaha menghargai pandangan orang lain, tidak merasa paling benar karena setiap orang punya standarnya masing-masing dalam melihat kebenaran berdasarkan latar belakang pengetahuannya. Dan kita harus mengingat pesan seorang tokoh pendidikan yang sangat berpengaruh di dunia, Paulo Friere yang mengatakan bahwa “setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah ruang belajar”, Ali Bin Abi Thalib pun mengatakan bahwa, “Setidaknya anjing mengajarkan kita untuk menjadi manusia”.
Diskusi ini ditutup dengan kesimpulan sarat makna dari pemateri:
Kebenaran itu kamu
Sepanjang masih salah dan kurang
Maka kamu masih dijalan yang benar
Sebab,
Orang yang benar, tidak akan merasa paling benar.
*Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi ‘Konsep Kebenaran’ yang difasilittatori oleh M. firdaus
Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…