Tulisan

Mengenang ‘Si Binatang Jalang’ pada Hari Puisi Nasional

Penulis : Zhafirah Amalia | Pembuat Ilustrasi : Comgastra

Chairil Anwar dikenal sebagai penyair Angkatan 45. Angkatan 45 pertama kali dikemukakan oleh Rosihan Anwar dalam Majalah Siasat, 9 Januari 1949. Istilah tersebut diberikan kepada para sastrawan kesusastraan modern Indonesia yang berkarya di sekitar zaman penjajahan Jepang, masa kemerdekaan dan beberapa tahun sesudahnya. Penyair Chairil Anwar dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45 oleh H.B. Jassin.

Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 22 Juni 1922 dan wafat di Jakarta pada tanggal 28 April 1949 yang kini diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Chairil Anwar mengenyam pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Medan yang merupakan sekolah dasar kaum pribumi pada masa penjajahan Belanda. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Medan namun hanya sampai kelas satu. Ia pindah ke Jakarta dan masuk kembali ke MULO di Jakarta meskipun hanya sampai kelas dua. Setelah ia memutuskan untuk belajar sendiri (autodidak), akhirnya ia bisa membaca dan mempelajari karya sastra dunia yang ditulis dalam bahasa asing. Ia sempat menjadi redaktur majalah Gema Suasana sebelum bekerja sebagai redaktur di majalah Siasat sebagai penanggung jawab rubrik kebudayaan “Gelanggang” bersama Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin. 

Penyair yang diberi julukan “Si Binatang Jalang” ini memulai pengalaman menulisnya pada tahun 1942 dengan sebuah sajak yang berjudul “Nisan”. Pada tahun 1949 (tahun wafatnya Chairil Anwar) ia menghasilkan tujuh buah sajak yakni “Mirat Muda”, “Chairil Muda”, “Buat Nyonya N”, “Aku Berkisar Antara Mereka”, “Yang Terhempas dan Yang Luput”, “Derai-Derai Cemara”, dan “Aku Berada Kembali”. Karya Chairil Anwar yang terkenal berjudul “Aku” membuatnya dijuluki “Si Binatang Jalang” di kalangan teman-temannya. Menurut Chairil Anwar, menulis sebuah sajak tidak dapat sekali jadi. Setiap kata yang ditulis harus digali dan dikorek dengan sedalam-dalamnya. Semua kata harus dipertimbangkan, dipilih, dihapus, dan kadang-kadang dibuang, yang kemudian dikumpulkan lagi dengan wajah baru.

Berikut sajak karya Chairil Anwar yang berjudul “Aku”

Aku

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Baruga Kosmik

Recent Posts

Ancaman Deepfake AI terhadap Aktualisasi Informasi dalam Media

Oleh: Jessy Marty R. Loardi “ Ancaman Deepfake yang dibuat dari AI bisa berakibat fatal…

2 months ago

Terjebak Trauma dan Istana: Kisah Beast Si Avoidant yang Takut akan Kelekatan

Oleh: Yaslinda Utari Kasim Siapa yang tidak kenal dengan karakter Beast? Pangeran buruk rupa yang…

2 months ago

Kenali Ragam Berita dan Teknik Menulisnya Lewat Basic Journalistic Class

Oleh: Kayla Aulia DjibranEditor: Satriulandari Korps Mahasiswa Komunikasi (Kosmik) Fisip Unhas mengadakan Basic Journalistic Class membahas…

2 months ago

Ruang yang Kini Kosong

Oleh: Yaslinda Utari Kasim Ruang itu kini kosong. Ruangan yang di desain sederhana namun nyaman.…

3 months ago

Kosmik Unhas melalui CSC Gelar Diskusi Politik Peran Anak Muda dalam Berpolitik.

Penulis: Inayah Azzahra Novareyna SEditor: Satriulandari Communication Study Club (CSC) Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) Unhas…

3 months ago

Hubungan antara AI dan Manusia: Apakah Dapat Disebut sebagai Komunikasi?

Oleh : Jessy Marty Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seorang komunikator kepada seorang komunikan.…

3 months ago