Sejak peluncurannya pada November 2021 lalu, Teman Bus digadang-gadang menjadi sarana transportasi perkotaan yang lebih baik bagi masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, berkaca dari mangkraknya proyek BRT Trans Mamminasata beberapa tahun lalu. Namun, setelah hampir setahun mengaspal di Kota Daeng, Teman Bus ini masih belum dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan transportasi umum. Lantas, apakah teman yang satu ini betul dapat kita andalkan?
2 Minggu terakhir penulis mulai menjajal layanan Teman Bus ini untuk berpergian ke kampus, mengambil Bus Koridor 2 yang start dari halte Mall Panakkukang – Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dan nantinya turun di Halte Dinas Kesehatan Provinsi lalu melanjutkan perjalanan ke kampus dengan sepeda lipat. Buah dari menggunakan layanan Teman Bus ini lantas menimbulkan banyak pertanyaan dari teman-teman yang penasaran, “Berapa dibayar?”, “Di mana itu naiknya?”, “Bisa bebas turun di sembarang tempat?”, “Bolehkah bawa naik sepeda?”, “Sampai jam berapa busnya jalan?”, dll. Di sini penulis bisa asumsikan bahwa sosialisasi dari layanan Teman Bus ini tidak merata kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya kalangan muda seperti teman-teman penulis.
Dari banyaknya ketidaktahuan orang-orang mengenai layanan Teman Bus ini, tentu sangat disayangkan mengingat sudah hampir satu tahun layanan ini disubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, mari kita breakdown hal apa saja yang membuat teman yang satu ini kurang bisa diandalkan.
Bagaimana tidak, bukannya memaksimalkan sisa halte dari proyek BRT Trans Mamminasata yang sempat mangkrak beberapa tahun lalu, Teman Bus malah menurunkan serta mengambil penumpang pada titik yang tidak ada haltenya sama sekali, kalaupun ada halte tersebut dijumpai dengan kondisi yang tidak layak pakai. Mungkin kalian pernah atau sering memperhatikan kondisi halte di beberapa titik Kota Makassar dengan kondisinya yang tidak memadai, Pemprov dan Dinas terkait sepertinya ogah membangun kembali sarana yang layak bagi moda transportasi yang satu ini. Dengan tidak jelasnya keberadaan halte yang ada, hal ini juga berdampak pada rute yang sangat tidak efektif menurut penulis.
Hal lain yang penulis resahkan dari Teman yang satu ini adalah pemilihan rute yang sangat tidak efektif, penulis ambil contoh Koridor 1 (Panakkukang Square – Pelabuhan Galesong). Sungguh jarak yang sangat jauh untuk ditempuh dari pusat Kota Makassar menuju Kab. Takalar, buntutnya adalah jam operasional pada Koridor 1 ini tidak maksimal karena jarak tempuh yang sangat jauh. Tempo hari penulis sempat bepergian ke Lego-Lego, dari titik berangkat Panakkukang Square masih aman-aman saja, tapi nanti ketika ingin pulang, penulis harus menunggu lama Bus dari arah Pelabuhan Galesong. Penulis sempat berpikir apakah idealnya jika ingin menghubungkan antara Kota Makassar – Kab. Takalar diperlukan titik transit agar Bus yang beroperasi tidak memakan jarak tempuh yang begitu panjang? Apalagi Teman Bus ini seharusnya menjadi pendukung bagi mobilitas masyarakat perkotaan.
Selain Koridor 1, penulis mengambil contoh lain dari Koridor 2 (Mall Panakukang – Bandara Internasional Sultan Hasanuddin). Bus dari Koridor ini yang paling sering penulis perhatikan lalu-lalang tanpa penumpang. Bagaimana tidak, banyak titik pemberhentian yang tidak disinggahi serta rute yang telah “dimodifikasi” sehingga masyarakat yang tinggal di area Daya, Sudiang, dan sekitarnya tidak memiliki akses untuk menikmati layanan Teman Bus ini. Setelah penulis amati, hal ini terjadi dikarenakan adanya penolakan dari supir Pete-Pete–angkot–yang selanjutnya akan penulis bahas lebih dalam.
Desember 2021 lalu, penulis sempat menyaksikan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Organisasi Angkutan Darat (Organda) di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan. Mereka menolak keberadaan Teman Bus yang dinilai mengambil jalur mereka yang ada di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, padahal sebelum adanya penolakan, Teman Bus Koridor 2 masih menjangkau masyarakat yang tinggal di area Perintis, Daya, Sudiang, dan sekitarnya. Namun, setelah didemo oleh supir Pete-Pete, Teman Bus langsung mengubah rute Koridor 2 yang awalnya melintas di sepanjang Perintis Kemerdekaan sampai di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, kini harus banting setir melewati Jalur Lingkar Barat (Tallasa City) lalu melintasi Jalan Ir. Sutami (Pinggir Tol) sampai Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Itu juga menjadi alasan mengapa penulis tidak bisa turun di Halte Pintu II Unhas dan harus mengayuh sepeda atau berjalan kaki dari Kantor Dinas Kesehatan Provinsi menuju kampus.
Jika dipikir-pikir kembali, sepertinya tidak rela mengeluarkan uang sebesar Rp10.000 (Jauh-Dekat) dengan naik Pete-Pete dibandingkan menikmati kenyamanan di Teman Bus yang masih gratis, kalaupun berbayar wacana tarif Teman Bus juga hanya berkisar Rp3.500 – Rp6.500 (Jauh-Dekat).
Dari beberapa faktor di atas mengenai Teman Bus yang kurang dapat diandalkan, penulis sangat menyayangkan peran dari Pemprov, Pemkot dan Dinas terkait dalam membangun moda transportasi publik di Kota Makassar guna mempermudah mobilisasi masyarakatnya. Bukannya 2x +baik malah 2x +bobrok. Sudah saatnya Kota Makassar bertransformasi menggunakan transportasi publik seperti layaknya Teman Bus ini. Setiap hari penulis dilemparkan pertanyaan oleh teman mengenai layanan Teman Bus ini dan untungnya sudah beberapa dari mereka yang mulai menggunakan layanan ini untuk berpergian ke kampus. Dengan begitu dapat penulis asumsikan bahwa Teman Bus ini memang masih layak menjadi pertimbangan masyarakat sebagai transportasi utama mereka dalam keseharian.
Mengusung slogan “Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal dan Nyaman” sekiranya tidak hanya menjadi slogan saja, tetapi diimbangi dengan pelayanan, sarana dan operasional yang lebih baik lagi kedepannya. Harapannya, Teman yang satu ini benar-benar dapat diandalkan suatu saat nanti.
Kalau ingin tahu info lebih lanjut mengenai Teman Bus, dapat diakses melalui:
Website : temanbus.com
Instagram : @teman_bus
Twitter : @teman_bus
Facebook : TEMANBUS
atau mengunduh aplikasi Teman Bus di Play Store & App Store.
Selamat menikmati layanan Teman Bus!
Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…