Teks oleh Theresia Gabriella
Foto oleh Mebiso.com
Sebuah kapal besi begitu besar bertuliskan Sosial Media pada bagian sisinya, berlabuh di dermaga Bumi. Sebuah dermaga yang sangat besar yang menjadi pusat seluruh dermaga dan lautan Bumi. Seseorang turun dari kapal tersebut, begitu gagah nan rupawan. Seorang pria menggunakan jubah hitam, namun nampak menggunakan pakaian yang terbuat dari besi di bagian dalam jubahnya.
Cahaya terik berwarna ungu tepancar begitu terangnya dari atas kapal besi itu, seketika seluruh langit Bumi berwarna ungu, listrik padam, dan seluruh tatapan manusia menjadi kosong. Beberapa menit kemudian, telpon genggam dan komputer aktif dengan sendirinya. Sontak jemari manusia begitu lincahnya menekan layar telpon genggam mereka, menekan keyboard komputer mereka, mata mereka tertuju sepenuhnya pada layar mereka. Hari demi hari, waktu demi waktu, setiap detik manusia Bumi melakukan hal itu.
Sosial Media. Dua kalimat itu tertera begitu besarnya pada layar kaca. Kapal ini, pria ini, membawa virus di Bumi. Virus itu mereka sebarkan dalam hitungan detik melalui pancaran sinar ungu itu. Sosial Media. Itu nama virusnya. Pria itu tertawa terbahak-bahak dan mengatakan “ Manusia akan mencintai Sosial Media dan melupakan Bumi. Tidak ada yang mampu menghentikannya. Virus ini hanya dapat diatasi. PIKIRKANLAH CARA MENGATASINYA JIKA ADA DIANTARA KALIAN, MANUSIA YANG TIDAK TERJANGKIT VIRUS KU. HAHAHAHAHAHA “.
Manusia tak peduli lagi dengan anak bayi mereka yang menangis memohon susu, tak peduli lagi pada lambung mereka yang perih kesakitan menunggu air pun nasi, tak peduli lagi pada kucing kesayangan mereka yang kurus memelas kasih sayang pemiliknya, tak peduli lagi pada Bumi mereka. Manusia dibuat jatuh cinta kepada Sosial Media. Hingga saat itu, Bumi telah menjadi planet yang sangat panas dan menyedihkan, membuat planet lain yang dulunya iri akan kehadiran manusia di Bumi, menjadi begitu gembira beruntung tidak dipilih menjadi planet tempat bersarangnya manusia dan Sosial Media.
Sosial Media. Bukanlah sebuah media yang buruk. Hanya saja, manusia begitu mudahnya menjadi buruk dan membuat hal disekitarnya memburuk. Begitu juga dengan Sosial Media. Manusia ditakdirkan begitu sempurna. Memiliki otak yang berfungsi dengan sempurna layaknya sihir ajaib. Mampu memiliki segalanya. Selayaknya memiliki kehidupan asli layaknya makhluk ciptaan Tuhan yang paling luar biasa, Manusia. Manusia, adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Sebaiknya, begitu sempurna pula hidup bersama Sosial Media.
Bumi dan Sosial Media. Layaknya Sihir dikehidupan para penyihir. Dimana mampu memberikan apapun itu dalam sedetik saja. Tapi, Sihir dan Penyihir adalah fantasi. Seperti Dunia Fantasi yang ada di Dufan (Jangan coba-coba mencari hiburan disana karena ketika mendapati loket tiket, seketika 250.000 anda akan habis). Sedangkan, Sosial Media dan Bumi adalah nyata. Mari hidup dalam kenyataan sebagai Manusia untuk Bumi melalui Sosial Media.
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…
Penulis: Kayla Aulia Djibran Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) melalui…
Oleh: Radian Dwi Imam Ar'rafi Ilustrasi: Summer Bloom Manhua Sejak hari pertama kita bertemu, kamu…