Penulis : Vincent Yoshua Mario | Ilustrasi : Salsabila Putri Widyadhani
Salam kenal, kekasih.
Atau mungkin bukan begitu, karena seharusnya kau sudah mengenal kami jauh lebih dahulu daripada yang lain. Kami mengenalmu, tapi nampaknya kau tidak pernah merasa perlu untuk mengenal kami. Kau harus tahu, aku adalah salah satu dari tiga iblis yang dititahkan untuk tinggal bersamamu sejak engkau lahir. Seperti yang kau lihat di luar sana, beberapa orang ditakdirkan untuk menjadi berkuasa, berpengaruh, melakukan hal-hal yang hebat dan bahkan meninggalkan jejak mereka di sejarah serta mengubah kehidupan manusia untuk seterusnya. Namun di luar sana, ada pula orang-orang yang ditakdirkan untuk hidup dengan bahagia, senang, sederhana; memenuhi keseharian mereka dengan tertawa hingga akhirnya mereka bisa meninggalkan semuanya tanpa penyesalan. Mungkin saja sebenarnya itu juga adalah takdirmu, namun untuk menghalangimu mencapai semua itu adalah alasan hidup kami. Oh, maafkan ketidaksopananku, kau bahkan belum mengetahui siapa kami. Biarkan aku memperkenalkan diri:
Keseganan? Kecemasan? Mungkin itu nama-nama yang kau ingat dari adikku. Ya, dia adalah rasa malu, iblis yang terduduk di pundak sebelah kirimu. Ia memberi tahu bahwa kau adalah orang aneh; bahwa pikiran yang kau miliki itu tidak normal dan menjijikkan; bahwa kau tidak akan pernah bisa berbaur dengan yang lain. Rasa malu lah yang terus membisikkan kenangan saat ibumu pertama kali mendapati kau ‘bermain’ dengan dirimu, atau tubuhmu, sendiri sewaktu kau masih kecil. Rasa malu adalah motivatormu untuk membenci siapa kau sebenarnya. Yang menemanimu tertawa saat yang kau pikirkan terasa lucu namun terlalu memalukan untuk konsumsi publik. Yang membatasimu, dan mendorong agar tawa dan tangismu bersuara dalam harmoni.
Rasa takut adalah kakakku, yang sedang menatapmu lekat-lekat dari pundak kananmu saat ini. Ia telah ada sejak awal semuanya, bahkan setua kehidupan itu sendiri. Dialah yang mengisi tiap pojokan gelap dan kolong ranjang dengan monster sejak kau kecil; yang mengubah semua orang asing yang kau temui di jalanan yang gelap menjadi pembunuh berantai dan pemerkosa. Rasa takut lah yang menghalangimu saat kau ingin mengungkapkan perasaan yang telah kau pendam untuk orang yang telah kau sukai secara diam-diam selama ini, ia mengatakan bahwa mendingan jika kau menyakiti dirimu sendiri dengan menahan semua itu dan tidak usah berusaha apa-apa dibandingkan mencoba peruntunganmu untuk kegagalan yang mutlak. Rasa takut adalah sipir penjara yang kau syukuri kau miliki, karena lebih baik bagimu untuk terjebak dan membentengi dirimu sendiri daripada membiarkan suatu hal untuk ikut campur dengan kehidupanmu.
Oh, aku? Kakak dan adikku mengatakan aku terlalu keji bahkan untuk mereka, namun bukannya selama ini kita adalah teman yang paling baik? Ya, kau sendiri yang mengakuinya. Kau tidak sadar, tapi kau selalu memelukku setiap kau bersiap untuk tidur dan beranjak untuk bangun. Kau berbalik padaku saat tidak ada yang berpihak padamu dan tidak ada yang terasa masuk akal bagimu, karena aku hidup di hatimu. Akulah yang memperpanjang penderitaanmu saat logika dunia ini tidak begitu bersahabat, yang selalu kau dekap setiap saat.
Penuh kasih untukmu,
Harapan.