Penulis : Vincent Yoshua Mario | Ilustrasi : Rahmad Jafar Laing
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan besok aku akan menemuimu dimanapun engkau berada.
Namun tentu saja aku tidak akan terburu-buru. Aku masih perlu mengunjungi banyak tempat, dan banyak dari tempat itu telah aku ceritakan padamu dari waktu ke waktu saat kita berdua! Hehe, jujur saja aku masih rindu denganmu; dan tawamu; bahkan caramu memukulku secara spontan yang selalu saja kau sebut ‘tidak sengaja’ setiap kau tertawa keras dan gemas. Namun aku rasa ini juga tidak begitu buruk, aku bisa melihat kalian semua dari sini. Sebenarnya aku malu mengatakannya, tapi aku sangat tersanjung dengan perasaanmu! Aku tahu, seorang hantu sepertiku tidak seharusnya senang dengan air matamu, namun dengan ini aku akhirnya bisa sangat yakin bahwa yang kau katakan padaku selama ini ternyata sungguhan. Maafkan aku yang tidak pernah menenangkanmu dengan memperbaiki sifatku yang pesimis dan mengesalkan ini sewaktu kau masih bisa melihatku. Yang setidaknya bisa aku lakukan sekarang hanyalah menceritakan apa saja yang kurasakan dari sini, dan apa saja yang kulakukan beberapa saat ini sebagai seorang yang terlalu bebas:
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan sekarang aku dapat melihat bagaimana langit mengubah warnanya dari biru ke merah di sore hari. Dunia kini terasa jauh lebih kecil dari yang kuingat, dan langit terasa terlalu pendek untuk dijangkau. Aku melihat lampu-lampu kota berkedip, dan senyuman tiap orang dari jendelanya masing-masing yang mengira sudah tidak ada yang akan melihat jika mereka melepaskan tahanan pada bibir mereka. Ada yang terlalu malu untuk tersenyum karena kekasihnya ada bersama dengan dia sepanjang waktu, dan ada pula yang hanya tersenyum kembali setelah mengingat bahwa ia puas menghabiskan waktu seharian dengan anak dan cucunya. Aku juga melihat pepohonan yang ternyata selama ini hanya dirawat oleh seorang kakek tua bersama cicitnya, dan seorang ibu-ibu yang setiap subuh tekun menyapu serta memungut sampah di taman favoritmu untuk berkumpul bersama teman-temanmu. Aku melihat sejumlah anak-anak berlarian dengan sarung yang tergantung tidak erat di pinggangnya saling mengejar satu sama lain sambil memegang petasan, yang mana mengingatkanku kalau kau dulu sangat suka kembang api bukan? Walaupun terdengar gaduh pada tiap ledakannya, kau tetap saja puas dengan warna yang berpadu di langit malam dan melukis awan yang berada disekitar bulan. Hm? Tentu saja aku ingat, itu salah satu favoritmu! Tidak mungkin aku tidak menikmatinya juga, lagipula kaulah yang pertama mengenalkanku dengan indahnya langit malam dan bulan purnama. Terutama waktu pertama kali kita melihatnya, bulan nampak begitu cerah dan cantik saat itu. Aku rindu momen itu.
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan setelah upayaku berkali-kali untuk memasukkan sepotong makanan kedalam mulutku, aku sadar aku harus menyerah karena faktanya aku yang sekarang adalah hantu yang harus mati rasa. Padahal setelah sekian lama, akhirnya aku memiliki kesempatan untuk pergi melihat-lihat kue dan cemilan yang kau rekomendasikan padaku; kau bilang rasanya pasti akan sesuai dengan lidahku yang tidak kuat menahan makanan yang terlalu manis. Ah sial, sekarang aku jadi sedikit menyesal sudah menjadi hantu. Eh, tapi setelah kupikir ulang tidak apa-apa juga sih, soalnya aku bisa memiliki cukup waktu untuk mencari toko kelontong yang sangat aku sukai sejak kecil namun hilang semenjak aku menduduki bangku SMP. Kini aku berhasil menemukannya, dan penjaga toko yang sekarang sudah cukup tua itu masih sama dengan yang dulu. Dia masih bertutur ramah kepada siapa saja, dan sepeda onthel lama yang dulu ia sering gunakan masih ia simpan disamping tokonya dengan gembokan pada rantai kecil yang sudah lumayan berkarat. Sayangnya sekarang ia sudah berhenti menjual boneka kucing kecil buatan tangannya yang bentuknya aneh itu, yang kau lihat di galeri ponselku dan menurutmu manis sekali. Syukurlah aku membelinya sewaktu SD, setidaknya sekarang boneka itu aman bersamamu dikamarmu kan? Kau mengatakan kau jauh lebih menyukai barang-barang yang berwarna merah jambu atau rosegold, tapi tidak mungkin aku bisa membelinya walaupun mereka menyediakan stok yang berwarna itu sewaktu aku masih sekolah dasar, teman-temanku bisa menertawakanku! Hm? Ya, tentu saja dulu aku punya teman! Banyak, malah. Mungkin aku yang terakhir kau kenal terlalu mengurung diri dari orang lain dan jauh berbeda dari tipe orang populer pada umumnya, tapi percayalah saat aku mengatakan semua ini terjadi karena alasanku sendiri. Aku rindu mereka, tapi aku tidak yakin mereka bahkan mengingatku jika aku menyapa mereka sekarang.
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan saat ini aku sedang memperagakan renang gaya punggung di udara. Aku berharap setidaknya ada satu orang yang bisa melihatku dan menilai gerakan ini, sudah sejak lama aku ingin belajar berenang tapi tidak pernah bisa. Sesekali aku mengepakkan kakiku seolah-olah aku sedang mengambang di air tanpa beban apapun umtuk berkeliling kota kecil yang kita tinggali. Aku melihat beberapa anak kecil sedang berlarian menuju gerbang sekolah, dan jelas saja, satpam sekolah itu sudah menunggu dengan lilitan lidi di depan jalan masuk untuk menghalau anak-anak yang terlambat. Aku jadi teringat betapa serunya berlarian seperti itu ke sekolah meskipun sudah tahu akan terlambat dan disetrap didepan tiang bendera lagi. Waktu itu, walaupun aku berbuat suatu kesalahan dalam menentukan pilihan, aku masih akan memiliki hari esok untuk mengulangnya lagi. Aku masih memiliki ruang untuk refleksi terhadap apa yang akan kulakukan; dan kenakalan serta kekuranganku hanya akan dianggap sebagai suatu tindakan onar yang jenaka. Masih akan banyak orang yang mengerti tahap kegagalan yang kulalui, dan akan mengakui bahwa kesalahan itu tidak luput pada siapapun juga. Lucu ketika seiring kita makin dewasa, orang-orang yang sama itu akan mulai merasa malu, jijik, geram, atau tidak nyaman berbicara dan mendengarkan keluh kesah kita lagi mengenai kegagalan walaupun kita sudah bisa berpikir sefrekuensi dengannya sekarang jika ia ingin menjelaskannya kepada kita. Air mata akan terkesan feminim, dan keuletan dalam pekerjaan ‘berat’ akan terkesan maskulin. Doa akan terkesan religius dan positif, tetapi terlalu rasional dan berlogika dalam memberikan pendapat akan terkesan atheis… Kau tahu? Aku bosan berpikir berat seperti ini. Cukup waktu aku manusia saja aku pusing, sekarang aku mau lanjut berlatih berenang gaya dada.
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan nampaknya keluargaku tidak begitu senang dengan keputusanku itu. Wajar saja, bahkan aku yang masih hidup akan sangat, sangat kesal jika seseorang yang aku pedulikan tiba-tiba meninggal tanpa alasan jelas yang bisa kuterima. Tapi ini keputusan yang aku buat sendiri, dan aku tidak menyesal. Mereka pikir aku terlalu gegabah, impulsif, dan egois. Sekali lagi, bisa sampaikan maafku pada mereka? Aku masih menyesal, terutama ketika aku melihat adikku yang belum mengerti dengan konsep kematian dan mengira aku hanya tertidur di ruang tamu, terus mencoba untuk membangunkanku yang tiap hari ‘kesiangan’ dengan membuat suara berisik. Aku juga tidak tahan melihat orang tuaku terus menangis, dan aku bahkan mendahului nenek dan kakekku yang sudah berumur 70 tahunan. Mereka bercerita bahwa aku bisa saja menjadi seorang pelukis, atau penulis, atau segala hal yang terlalu manis aku dengar. Tentu saja aku senang, namun aku tahu batasku yang masih hidup. Tubuhku terlalu lemah untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan stamina yang berkepanjangan, apalagi jika hal yang kukerjakan membutuhkam detail yang tajam. Membayangkannya saja aku lelah. Eh bukannya kau pernah bercerita tentang mimpimu padaku? Kau mengatakan kalau sejak kecil, kau sangat ingin menjadi seorang patissier dan membuat banyak kue yang enak disantap dan dipandang orang. Kau juga mengatakan kau ingin membuka sebuah production house milikmu sendiri untuk berekspresi dan menuangkan imajinasi dan fantasi yang kau tampung selama ini. Kau juga pernah mengatakan kau tidak masalah menjadi seorang komikus dan tinggal didalam suatu rumah kecil yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Dan berbeda dariku, kau memiliki potensi untuk benar-benar mewujudkan itu! Aku tahu kau bisa, apalagi kau sudah berlatih dan membiasakan dirimu dengan banyak hal yang kau rasa akan berguna untuk memenuhi cita-citamu yang telah kau rancang itu sejak dulu. Dan perlu kau tahu, meskipun sekarang kau tidak bisa melihatku tapi aku akan selalu bersamamu dimanapun kau berada, dan saat situasi terasa terlalu berat bagimu seorang; aku mendukungmu. Jadi ayo berjuang dan tetap semangat! Kau tidak ingin aku melihat sisi memalukanmu bukan?
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan aku rasa aku sudah cukup berkeliling hari ini. Besok aku akan datang untuk melihatmu terakhir kalinya, kebetulan besok adalah hari ke-40 ku berkeliling sepuasnya. Hari ini aku berhenti di halte yang selalu kita tempati setiap kegiatan dan kelas kita di kampus usai, tepat disamping pohon besar dan bunga akasia yang sangat kau sukai. Aku rasa ini tempat yang paling tepat untuk perhentian terakhirku sebelum menemuimu, aku jadi bisa mengingat banyak hal hanya dengan duduk disini. Apakah kau masih kesal denganku? Apakah menurutmu aku terlalu memaksa saat mengakhiri hidupku dengan cepat karena alasanku yang masih tidak kau pahami? Apakah aku egois dengan meninggalkanmu sendirian? Haha, aku tidak bisa menyangkal jika kau memang masih akan membenciku karena ini. Tapi kecelakaan itu tidak terduga oleh siapapun, bukan? Kau menderita cedera parah dibagian mata, mulut, dan kerusakan organ dalam; dan aku kehilangan darah dengan cepat kala itu. Kau pikir aku masih bisa selamat, tapi aku tidak mau membahas itu. Ini keputusanku, dan karena itu aku ingin kau memakai bagian dariku untuk terus berkembang. Aku selalu tahu kau bisa, dan aku telah melakukan taruhan terbesarku padamu dengan mempercayakanmu dengan kesempatan kedua. Jadi, bisakah kau tersenyum?
Akhirnya aku telah menjadi hantu, dan besok aku akan berbisik kepada awan-awan bahwa aku sangat bangga dengan keputusanku dan padamu.