Kesalahan Berpikir

0
608

Tulisan Oleh : Takasimaya

Berpikir, penciri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki pencirian sendiri yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Berangkat dari berpikir, manusia memiliki kemampuan untuk mencari kebenaran. Pencarian kebenaran dipupuk dari kegelisahan yang ada pada manusia. Kemudian disubtitusikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Sejatinya, manusia tidak pernah terlepas dari keadaan berpikir. Secara teknikal yang lebih luas, bagaimana manusia menjalani kehidupan disitulah proses berpikir. Kemudian diluar dari beberapa hal teknis manusia memang tidak berpikir karena tidur atau berada dalam keadaan berpikir atau tidak berpikir itu tidak disadari.

Dari berpikir tak jarang kita akan menjumpai kesalahan berpikir atau logical fallacy yang terjadi karena ketidaksesuaian antara apa yang dipikirkan untuk merumuskan pokok pikiran. Argumen yang lahir dari logical fallacy terkesan benar adanya, tetapi justru argumen tersebut berasal dari penalaran yang keliru atau salah. Susunan premis yang digunakan tidak berkaitan dengan argumen yang ada. Jika dipetakan, kesalahan berpikir memiliki 3 karakteristik yaitu:

– ada kesalahan logika berpikir

– ada dalam argumen

– ada kesan “menipu”

Macam-macam Logical Fallacy

  1. Ad Hominem

Kesalahan berpikir yang pertama adalah ad hominem. merupakan kesalah berpikir yang paling sering dijumpai. Alih-alih menyerang isi argumen, si penyerang justru membawa argumen ke ranah pribadi lawan. 

  1. Strawman

Selanjutnya, ada kesalahan berpikir strawman. Dalam kesalahan berpikir ini, argumen lawan bicara diubah menjadi argumen baru yang digunakan sebagai senjata untuk menyerang.

  1. Appeal of ignorance

Pada umumnya sesat pikir apple of ignorance menganggap suatu pernyataan benar karena belum terbukti salah, atau suatu pernyataan itu salah karena belum terbukti benar. 

  1. False Dichotomy

Kesalahan berpikir yang satu ini adalah ketika seseorang menganggap dalam satu argumen, hanya terdapat dua pilihan. Hal ini dapat dianalogikan ke dalam “analogi hitam putih” tidak ada pertimbangan lain dan menjadi alasan utama dalam menyampaikan argumen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here