Oleh: Muhammad Alfaridzi
Ilustrasi: Freepik
Seorang pengawal pribadi membuka pintu, “Tuan Fernandes, berdasarkan informasi yang diterima dari intel kiriman, sudah dikonfirmasi bahwa putri anda dibawa oleh si penculik ke dalam gua yang terletak di kaki gunung ini.”
Seperti petir menyambar, para wartawan langsung ramai-ramai mengerubuti Tuan Fernandes begitu ia menginjakkan kakinya turun dari mobil. Pertanyaan yang diajukan salah seorang dari mereka pun bagaikan sebilah pisau yang menghujam ke jantung.
“Sewaktu gadis-gadis lain yang sebelumnya diculik ditemukan, mereka semua tewas mengenaskan dalam keadaan kehabisan darah. Putri anda sendiri telah hilang selama tiga hari, apakah anda masih berharap ia masih hidup?” Tanya wartawan.
Dengan menghela nafas, Tuan Fernandes menjawab, “Entahlah, tapi kita tidak boleh kehilangan harapan. Saya akan melakukan apapun demi melindungi satu-satunya keluarga yang saya miliki.”
Tuan Fernandes lantas melangkahkan kaki menuju gua bersama pengawal-pengawal pribadinya.
“Baiklah, kalian cukup mengantar sampai depan sini saja. Orang biasa takkan mungkin sanggup mengatasi kekuatan penculik ini. Saya akan menghubungi para ahli bela diri yang bisa membantu.” ucap Tuan Fernandes kepada pengawal pribadinya.
Setelah beberapa saat berselang, suara deru helikopter menggema di udara, pertanda bahwa yang dipanggil telah tiba. Helikopter tersebut pun mendarat dan keluarlah empat orang ahli bela diri yang gagah perkasa, siap untuk memberikan bantuan.
“Terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan atas kesediaan kalian untuk membantu. Dengan segala kerendahan hati, saya berjanji, jika kalian berhasil menyelamatkan gadis kecilku, saya akan memberikan hadiah sebesar 25 juta dolar kepada masing-masing dari kalian. Mohon kerja samanya!” Sambut Tuan Fernandes.
“Izinkan saya, Skirmisher, yang akan menjadi tameng di garda terdepan. Dengan ilmu kebal yang menyelimuti tubuh ini, saya tidak takut diserang diam-diam ataupun secara brutal oleh si penculik.” Seru salah seorang ahli bela diri.
“Ya sudah, baiklah, tanpa berlama-lama lagi, mari langsung saja kita masuk ke dalam.” Sambung Tuan Fernandes.
Rasa lelah dan letih yang melanda tubuh Tuan Fernandes seketika hilang begitu saja saat melihat markas penculik putrinya.
“Tenang saja, putriku. Ayah pasti akan menyelamatkanmu,” ucap penuh tekad Tuan Fernandes dalam hatinya.
Ia mengambil napas dalam-dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi apa pun kemungkinan yang akan terjadi. Kemudian mulai melangkahkan kakinya bersama keempat ahli bela diri. Tak lama kemudian, nampaklah seorang pria bertubuh kurus dengan rambut panjang dan berpostur tinggi sedang duduk-duduk. Dialah penculiknya.
“Oh? Tidak kusangka kalian bisa menemukan tempat ini,” sahut Si Penculik.
“Dimana Putriku? Kau apakan dia!” Tanya Tuan Fernandes dengan nada marah.
“Putrimu? Inikah maksudmu?” jawab si penculik dan memperlihatkan Putri Tuan Fernandes yang sedang tak sadarkan diri.
“Hei, bangunlah! Ayah di sini, putriku,” teriak Tuan Fernandes.
“Lepaskanlah dia! Kami tidak akan segan-segan padamu kalau sampai menolak!” Gertak Skirmisher, si ahli bela diri yang memimpin garda terdepan.
“Hah, enak saja! Tubuhnya ini adalah bentuk istimewa yang baru kali ini kulihat. Aku sudah bersusah payah memberikannya makan dengan kemampuan terbaikku hanya demi bisa menghisap darahnya besok, dan kalian ingin mengambilnya dariku?!” Sanggah Si Penculik.
Dengan nada tidak terima, “Berisik! Bisa-bisanya kau malah berani meremehkan kami, padahal kami berempat melawanmu seorang diri lho? Kau memang layak mati hari ini sepertinya!”
“Pertama-tama, tunjukkanlah apa yang bisa kau lakukan!” Tambahnya.
Skirmisher langsung melancarkan serangan kilat ke arah si penculik. Namun, si penculik dengan sigap juga meraih tangannya. Kukunya yang runcing menancap di kulit Skirmisher.
Tertawa terbahak-bahak, Skirmisher dengan angkuh berkata, “hahah, sudahlah menyerah saja! Tidak ada yang mampu menembus pertahanan ilmu kebalku!”
Si penculik hanya menatapnya dengan geram. “Tidak ada yang mampu menembusnya ya katamu?” Ucapnya. “Coba saja kita lihat.”
Si penculik pun melepaskan sarung tangannya dan menggigit tangannya sendiri. Ia lalu melumuri darahnya ke kuku yang tertancap di kulit Skirmisher, hendak menambah kekuatan yang dibutuhkan untuk menembus pertahanan Skirmisher.
“AARGHHH!” Jerit Skirmisher merintih kesakitan.
“APA!?” Reaksi kaget Tuan Fernandes dan ketiga ahli bela diri yang lain.
“Cih! Sampai bisa membuatku melepaskan sarung tanganku untuk bertarung, baru kau saja orang pertama yang berhasil memaksaku begini. Seumur-umur belum ada.” lontar si penculik sambil menjilati kukunya.
“Sial, orang ini ternyata sangat kuat!” Gumam kesal Skirmisher.
Skirmisher berusaha bangkit, “Baiklah, kalau begitu, mari semuanya, kita serang dia bersama-sama.”
Keempat ahli bela diri dan si penculik itu pun bertarung dengan sengit. Kedua kubu saling menyerang dengan kekuatan penuh. Nahas, tanpa berlangsung lama, keempat ahli bela diri tersungkur tak berdaya.
“Ahahah! Aku mengalahkan keempat ahli bela diri sekaligus! Aku tak terkalahkan! Akulah yang terkuatー UHUF”
Tiba-tiba, ada sebatang kayu mendarat keras di pipi si penculik, hingga membuatnya terlempar beberapa meter. Tak jauh dari tempat si penculik terkapar, berdirilah seorang pria keren nan gagah.
“Oi, bacot sekali! Nyenyenye terus, sampai kapan ‘coba habisnya? Panas ini kupingku mendengarnya! Enyah sana!”
“S-Siapa kau?!” tanya si penculik.
Pria tersebut mendekat ke hadapan si penculik, “dengar, ya! Aku…” kerah baju si penculik ditariknya. “Rendra Septian!” ditonjoklah dengan keras pipi Si Penculik.
“Aku baru saja menemukan tempat yang sunyi ini untuk bersemedi, eh malah ada yang mengusik sok punya tempat. Ketenanganku seketika jadi sirna, sialan.” imbuh pria tersebut, yang diketahui bernama Rendra. “Memangnya kau ini siapa, hah?” tambah Rendra sambil menampar dan menendang wajah si penculik.
“Wow, si penculik ini dibuat babak belur dengan mudahnya olehnya. Padahal keempat ahli bela diri saja kesulitan memberikan perlawanan.” Ucap Tuan Fernandes dalam hati.
“Anu, terima kasih telah menolong kami. Ini saya punya usaha di kota. Kalau ada butuh apa-apa, silakan hubungi saja!” Tawar Tuan Fernandes kepada Rendra sambil menyodorkan VIP-Card perusahaannya.
“Yang ramai-ramai di luar itu orang-orangmu juga, kan? Cepat bawa pergi! Awas saja kalau mengganggu lagi.” seru Rendra setelah menerima VIP-Card yang disodorkan kepadanya.
Beberapa hari kemudian… Rendra mendatangi alamat perusahaan yang tertera di VIP-Card.
“Pergilah, dasar pengemis! Memangnya kamu tidak tahu ini dimana?” Ucap seorang security yang mencegat masuk Rendra.
“Apa-apaan pengemis! Aku ke sini untuk menemui atasan kalian!” imbuh Rendra.
“Apa ayahku ada berhutang uang padamu?” Putri dari Tuan Fernandes tiba-tiba datang menyela pembicaraan.
“Ini kan gadis yang diculik oleh si vampir beberapa hari yang lalu.” Ucap Rendra dalam hati.
“Oh, tidak, Ayahmu tidak berhutang apa-apa padaku.”
“Nih, ambillah uang ini dan beli makanan sana!”
“Hmm?”
“Kenapa malah diam saja? Cepatlah terima.”
Tangan Rendra reflek menggenggam tangannya Putri Tuan Fernandes. Rendra merasa ada yang tidak beres pada tubuhnya. Akan tetapi, Putri Tuan Fernandes justru jadi salah paham.
“Mesum! Bisa-bisanya kamu curi-curi kesempatan buat modus sentuh tanganku!”
“Tidak, bukan! Aku bisa jelaskan!”
“Bawa orang ini ke kantor polisi! Penjarakan saja dia!”
“Nona, aku ini orang yang telah menolongmu! Kalau tidak percaya, tanya saja Ayahmu!”
“Bullshit!”
“Barusan aku ada merasakan denyut nadimu…”
“Nyenyenye, aku tidak dengar.”
“Gadis kota kenapa ngeselin amat dah!”
“Sumpah, dengarkan aku! Kamu dalam bahaya! Kamu ini bisa mati!”