Penulis: Tim Baruga dan CSC
Pada proses berpikir, seseorang perlu menyusun kerangka berpikir terlebih dahulu sebelum pada akhirnya membuat kesimpulan. Maka dari itu, kerangka berpikir menjadi suatu topik yang sangat penting dipelajari untuk membantu seseorang agar bisa mengambil keputusan yang baik. Apabila tidak memahami kerangka berpikir, terkadang terdapat aspek-aspek yang muncul di luar topik pembahasan. Definisi kerangka berpikir sendiri yakni merupakan bagian yang menggambarkan alur pikiran seseorang atau peneliti dalam memberikan penjelasan kepada orang lain.
Pada proses penyusunan dan penerapan kerangka berpikir dalam kehidupan sehari-hari terdapat empat hal yang melekat dan mesti dipahami. Pertama yaitu logika yang merupakan suatu ilmu yang membantu untuk mengatur dan mengorganisir sesuatu agar lebih terstruktur.
Kedua yaitu berpikir rasional. Berpikir rasional adalah keadaan seseorang menggunakan penalarannya agar mampu meningkatkan kualitas dirinya sendiri. Selanjutnya yaitu prinsip niscaya yang berarti tidak bertentangan.
Prinsip niscaya dalam implementasinya yaitu ketika terdapat suatu kondisi antara salah dan benar. Pada situasi seperti itu, prinsip ini tidak serta merta membenarkan atau menyalahkannya. Harus terdapat penggunaan kerangka berpikir untuk kemudian mencapai perspektif yang benar.
Terakhir, yakni premis yang merupakan pernyataan sebagai dasar sebuah argumen. Premis tidak dapat dikatakan benar jika tidak melalui tahap logika, rasional, dan prinsip niscaya. Maka dari itu, premis bisa saja salah atau memiliki hal yang bertentangan dalamnya apabila tidak melewati ketiga proses tersebut.
Perlu ditekankan kembali bahwa premis harus melalui proses logika, rasional, dan prinsip niscaya agar menghasilkan suatu kebenaran. Dengan begitu, bukan premis yang mengendalikan ketiga proses tersebut melainkan sebaliknya.
10 Kesalahan Berpikir
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses berpikir dan membuat kerangkanya seseorang bisa melakukan kesalahan. Untuk menghindarinya, berikut jenis dan contoh kesalahan berpikir dalam kehidupan sehari-hari yang diulas oleh Communication Study Club (SCS):
- Ad Hominem
Ad Hominem adalah kesalahan logika yang terjadi ketika seseorang menyerang sosok pembawa argumen alih-alih argumennya. Contoh:
A: “Jadi demikianlah paparan saya. Kita perlu menambah jumlah peternakan lele karena tingkat konsumsi yang tinggi.”
B: “CYBORG MANA NGERTI WOOOOYY”
- Slippery Slope
Kesalahan berpikir yang satu ini mengasumsikan bahwa suatu kejadian berdampak pada kondisi ekstrem. Contohnya:
‘Hari ini mereka minta X, besok mereka minta Y, pasti suatu hari nanti mereka akan melakukan Z! Untuk itu, jangan kasih mereka X!”
- Red Herring
Red Herring merupakan kesalahan berpikir yang terjadi ketika seseorang membawa topik yang tidak relevan untuk mengalihkan perdebatan. Sederhananya, ‘ditanya apa, jawabnya apa?’
A: “Mari galang dana, tunjukkan kepedulian kita untuk Wakanda”
B: “Ngapain kita sok ngurus Wakanda? Di Kuvukiland, saudara kita mati setiap hari!”
- Strawman
Strawman disebut-sebut sebagai kesalahan berpikir yang paling menyebalkan di antara jenis yang lainnya. Strawman salah menginterpretasikan argumen orang lain, lalu menyerang dengan interpretasi yang salah tadi. Contohnya:
A: “Pertama, kita perlu mengumpulkan bukti-bukti komprehensif agar pelaku dapat diganjar dengan setimpal.”
B: “Jadi kamu tidak suka pelaku dihukum? Kamu simpati dengan pelaku, pasti kamu bagian dari jaringan pelaku!”
- Tu Quoque
Tipe kesalahan berpikir ini membalas kritikan dengan kritikan juga. Penyanggah merujuk kepada ‘kemunafikan’ pembawa argumen sehingga memunculkan anggapan bahwa argumen tersebut tidak valid. Contohnya:
Tu quoque ini sering dijumpai pada postingan bertema politik. Biasanya seperti ini:
“Woi, capresmu lho habis bikin kontroversi!”
“Halah, kaya junjunganmu nggak aja. Tuh kemarin ngehoax!”
“Junjunganmu raja hoax!”
“Situ juga!”
Muter di situ aja sampai capek.
- False Dichotomy
False Dichotomy disebut juga black-white fallacy. Artinya, kesalahan berpikir ini menganggap bahwa hanya ada dua pilihan terhadap suatu kasus, walau nyatanya ada pilihan-pilihan lain di antaranya. Contohnya:
“Kalau kamu tidak dukung Jokowi, berarti kamu pendukung Prabowo.”
- Burden of proof
Kesalahan berpikir ini terjadi ketika seseorang membuat sebuah klaim, lalu mengatakan itu benar hanya karena pihak lain tidak mampu membuktikan kesalahannya. Contohnya:
A: “Michael Jackson masih hidup, yang meninggal pas 2009 kemarin itu cuma kloning.”
B: “Buathukmu.”
A: “Buktikan saya salah, kalau gak bisa berarti saya benar.”
- Appeal to Authority
Kesalahan logika ini terjadi ketika menganggap argumen sendiri benar hanya karena diakui oleh seorang yang berpengaruh. Contoh:
A: “Bumi itu datar.”
B: “Ngawur. Belajar astronomi sana.”
A: “KAMU DIBOHONGI NASA! KATA CHANNEL FLAT URF 101 ASUHAN GURUKU DIMAS KANJENG TAAT PRIBADI, BUMI ITU DATAR. TITIK!”
- No True Scotsman
Kesalahan logika No True Scotsman terjadi ketika kritik diabaikan tanpa pengecualian. Contohnya:
A: “Orang Skotlandia nggak makan bubur pakai gula”
B: “Lha, pakde saya makan bubur pakai gula dan dia orang Skotlandia”
A: “Ha berarti dia bukan orang Skotlandia asli“
- Anecdotal
Kesalahan logika anecdotal terjadi ketika argumen seseorang disanggah dengan pengalaman pribadi tanpa didasari argumen yang valid. Contohnya banyak orang menyanggah bahaya rokok dengan alasan “mbah saya tetap sehat meski merokok”. Akan tetapi argumen tersebut tidak membatalkan riset-riset yang disepakati mengenai bahaya tembakau.
Sumber:
Diskusi CSC berjudul “Pengantar Kerangka Berpikir”
Diskusi CSC berjudul “10 Fallacy Thinking”
Buku berjudul Dasar-dasar Metodologi Penelitian oleh Annita Sari, dkk