Oleh: Reza Amalia Putri Paris
Foto: Reza Amalia Putri Paris
Menjelang tidur, selalu aku bayangkan orang-orang dari masa lalu datang mengetuk pintu di kepalaku. Mereka kemudian mengucapkan salam perpisahan, dan aku lantas tidur memeluk tubuh sepiku.
Hari-hari yang panjang itu kemudian menjauh, tanpa pernah menginginkan pulang kepadaku. Aku dan masa depan, bercengkerama dalam impian. Kami membicarakan banyak keajaiban. Ia menunjukkan padaku cara ampuh hidup tanpa masa lalu. Aku gembira kemudian hidup tanpa rencana.
Ketika pagi tiba, aku akan bangun dengan tubuhku yang baru, dengan kepala yang tidak perlu lagi merasakan pening dan tubuh yang lelah. Sakit yang dibawa oleh seluruh rencana yang tidak pernah sama dengan petanya, barangkali adalah sebuah derita panjang yang tidak pernah ditemukan penyembuhnya.
Aku akan bangun dan bergegas menjauh dari ranjangku. Menumbuhkan batang-batang mimpiku yang belum tumbuh seluruhnya. Aku akan menyiramnya dengan segelas kopi dan khusyuk membaca puisi serta buku-buku panduan hidup di masa depan.
Telingaku akan khidmat mendengarkan nyanyian dahan pepohonan, tubuhku akan tabah menerima sejuk hawa dengan suhu dinginnya. Setelah semalaman ia mengerami sepi. Barangkali hangat matahari dan sapa penduduk bumi, adalah obat mujarab untuk tumbuh menjadi utuh. Menjelang tidur, aku akan berdoa.
“Semoga segalanya senantiasa baik-baik saja”