Ruang yang Kini Kosong

0
864
Foto Oleh Properti Departemen Ilmu Komunikasi

Oleh: Yaslinda Utari Kasim

Ruang itu kini kosong. Ruangan yang di desain sederhana namun nyaman. Suasananya sejuk dan tenang yang hanya dihuni beliau seorang. Dirancang dengan pintu kaca supaya mudah bagi orang luar melihat masuk ke dalam. Di sana tertulis “Kepala Departemen Ilmu Komunikasi, Dr. Sudirman Karnay. M.Si.”

Benar, itulah ukiran namanya. Nama yang senantiasa disebut-sebut dan dicari oleh kami mahasiswa. Tidak sulit untuk menemukan sosoknya, sebab beliau selalu berada di ruangan itu. Ruang tempatnya bekerja, beristirahat, beribadah, atau sekadar duduk santai. Ruang itu tenang namun sibuk. Hanya ada suara kertas yang dibalik-balikkan, goresan pulpen, serta langkah kaki keluar-masuk.

Hampir setiap jam, pintu kaca ruangan itu berderit. Entah beliau yang keluar hendak mengajar atau menguji ataupun mahasiswa yang silih berganti untuk bimbingan. Ketika salah satu dari kami masuk ke ruangannya, sambutan hangat selalu diterima. Jawabnya selalu “kenapa?” dengan nada lembut seorang Ayah. Begitulah sebagian dari kami memandang sosok Pak Sudi. Itulah yang membuat kami tidak pernah sungkan mencari dan mengobrol dengannya di ruangan itu.

Suatu hal yang pasti, beliau senantiasa berada di ruangan itu jika dibutuhkan. Pun apabila sedang tidak ada, dirinya pasti akan kembali. Duduk tanpa bersandar, memerhatikan segelintir berkas, serta memandang dengan teduh. Akan tetapi, kini tidak akan ada lagi sosoknya di ruangan itu.

Sabtu, 15 Februari 2025, pukul 19.44 kudengar kabar bahwa beliau sudah berpulang ke pangkuan Sang Khalik. Betapa mengejutkannya kabar itu. Beruntun pesan singkat berisi duka masuk tanpa henti. Tergambar jelas syok dan sedih yang menyelimuti kami mahasiswanya. Satu, dua, tiga jam usai kabar itu, tiba-tiba terasa hampa. “Besok ketika saya pergi ke kampus dan melewati ruangan itu, beliau sudah pasti tidak akan ada lagi.”

Kami terbiasa dengan keberadaannya yang selalu ada sejak pagi hingga sore hari. Tapi kini sudah tidak mungkin lagi. Ruang yang dulunya sibuk itu, kini sudah kosong.

“Mauka kurasa datangi ruangannya dan berharap masih adai,” ucap salah seorang mahasiswi.

Seperti itu kira-kira perasaan yang bergejolak pada kami saat ini.

Beberapa hari sebelum kabar dukanya, entah firasat atau apa, kepergianmu tampaknya sudah diberi pertanda. Pada Jumat, 14 Februari 2025, salah seorang mahasiswi mencarinya. Tumben, sosoknya itu cepat pulang bahkan sebelum waktu salat Jumat. Mahasiswi itu pun bertanya pada salah seorang staf apakah beliau akan kembali atau tidak.

“Ku tanya ki Ibu Ida bilang ka ‘Ibu pulang ji ini Pak Sudi lagi? Karena mau dia uji temanku,'” tanya dia.

“Yakin ka saya 100% tidak kembali mi ini Pak Sudi,” jawabnya.

Pernyataannya itu dipertegas bahkan sampai tiga kali. Tidak di sangka, beliau benar-benar tidak akan kembali lagi.

Pak, meski tidak mungkin lagi kau mengisi ruangan itu, sosokmu akan selalu kami kenang. Dirimu yang seperti katanya “sosok pemimpin yang penuh dedikasi, inspiratif, dan telah banyak berjasa dalam perkembangan Ilmu Komunikasi di Universitas Hasanuddin.”

Kami mahasiswamu pak, benar-benar merasa kehilangan. Terima kasih atas segala kebaikan, dedikasi, bimbingan, serta pengajaran yang telah diberikan. Semoga segala amal dan ibadahmu diterima di sisi-Nya. Kami pastikan ilmu yang engkau bagikan menjadi amal jariyah, terus mengalir meski pun kini kau sudah tiada.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here