Oleh : Salsabila Putri Widyadhana | Ilustrasi : Salsabila Putri Widyadhana
Siapa kamu yang ada di hadapanku saat ini?
Seperti aku,
tapi bukan aku.
Seingatku, aku tidak pernah menunjukkan senyum palsu seperti itu.
Tingkahmu, gayamu, dan cara bicaramu,
aku tidak mengenalnya lagi.
Pernahkah setidaknya satu kali saja kamu memujiku?
Mengatakan bahwa aku sudah berusaha keras?
Mengatakan bahwa aku cantik saat menjadi diriku sendiri?
Mengatakan bahwa aku berharga lebih dari siapapun?
Yang kamu lakukan hanyalah berbohong.
Kamu berkata bahwa kamu bahagia,
tapi ada apa dengan tatapan kosong dan mata lelah itu?
Kenapa kini kamu menghindariku?
Kenapa kamu menolak bahwa diriku adalah sosok dirimu yang sebenarnya?
Kenapa kamu tidak menganggap keberadaanku?
Kamu begitu membenciku?
Sebenarnya apa yang ingin kamu cari?
Pengakuan dari orang lain?
Perasaan dihargai?
Eksistensi?
Sampai kamu rela membuang dirimu sendiri,
dan menjadi orang lain yang sama sekali bukan kamu?
Kuakui, kamu yang sekarang memang terlihat sempurna.
Tapi palsu.
Kamu pun tahu, kita telah bersama lebih lama dibanding siapapun.
Aku yang lebih tahu siapa dirimu.
Tidak usah berusaha keras memenuhi ekspektasi orang lain.
Tidak usah menyesuaikan dengan keadaan yang membuatmu memaksakan diri.
Tidak usah peduli dengan penilaian orang lain.
Tidak usah menyiksa dirimu lebih lama lagi.
Kalau sakit, bilang sakit.
Kalau sedih, bilang sedih.
Kalau kecewa, bilang kecewa.
Tidak usah berpura-pura.
Kalaupun mereka meninggalkanmu,
masih ada aku.
Untuk apa membuat mereka bahagia,
sementara dirimu sendiri tidak?
Aku iri dengan orang-orang yang kamu cintai,
Sampai-sampai kamu rela menyesuaikan diri dengan standar mereka.
Sampai-sampai kamu rela melakukan apapun untuk mereka.
Sampai-sampai kamu melupakanku.
Aku pun ingin dicintai olehmu.
Kumohon jangan membuangku,
jati dirimu, refleksimu, karaktermu, identitasmu.
Kamu akan menjadi versi dirimu yang sempurna,
ketika kamu bahagia dengan dirimu sendiri.
Kamu mungkin memiliki banyak kekurangan,
namun justru kekurangan itulah yang membuat ‘kita’ manusia.
Dari aku,
dirimu dalam cermin.