Penulis : M. Rafly Purnama | Ilustrasi : Andi Raniah Khaerunnisa Fadli
Sejak dunia telah diguncang oleh pandemi Covid-19 akhir tahun 2019 lalu hingga saat ini lonjakan wabah terus meningkat secara signifikan. Negara-negara di belahan dunia berupaya semaksimal mungkin menanggulangi virus ini dengan memotong rantai penyebarannya hingga terus berusaha menemukan penawar yang tepat bagi virus ini. Berbagai kebijakan diberlakukan sebagai bentuk ketegasan negara untuk menyelamatkan warga negaranya dari keganasan virus ini dan daripada itu kebijakan yang telah diterapkan memunculkan berbagai persepsi yang baik dan buruk di masyarakat.
Dari persepsi baik atau buruk yang dimunculkan masyarakat lama-kelamaan menjadi sebuah asumsi semata yang telah ditarik kesimpulannya begitu saja hingga disepakati secara sosial dikalangan orang orang awam dan dari asumsi tersebut menjadi sebuah paradigma yang mempengaruhi cara berpikir masyarakat akibat sebagai refleksi yang terjadi dalam diri dan kondisi lingkungan saat ini.
Bisa kita ambil contoh fenomena yang terjadi dengan mengesampingkan sikap rasional dalam melihat fenomena tersebut yaitu kemunculan konspirasi-konspirasi terhadap kondisi saat ini. Kemunculan hal ini menjadi bahan perenungan di setiap individu yang menyaksikannya hingga perenungan tersebut menjadi sebuah narasi yang menghasut sehingga kita menimbang nimbang lagi, siapa tahu realitas yang sekarang terdapat sesuatu yang tersembunyi dan belum diketahui.
Akan tetapi, yang harus kita kedepankan adalah sikap rasional melihat situasi saat ini. Realitas yang nampak saat ini menujukkan keabsahannya bahwasanya wabah ini adalah sebuah ancaman serius dan bukan sebuah ilusi kebohongan semata yang dibuat lingkaran orang orang penting global. Kalaupun ini menjadi sebuah perdebatan untuk mencari kebenaran sesungguhnya apakah wabah ini berkaitan erat dengan rencana dehumanisasi-depopulasi manusia alangkah baiknya perdebatan ini kita simpan baik dahulu walaupun saya tidak menyangkal bahwa antusias sifat manusia ingin selalu mengetahui hal hal misterius yang tersembunyi sangat tinggi.
Jadi, sikap rasional adalah produk hasil berfikir ilmiah dengan penulusuran bukti bukti kuat yang ada dan ditampilkan didalam realitas sehingga melahirkan buah sikap menerima kenyataan dan mengetahui secara konkrit apa yang terjadi terhadap suatu realitas,sedangkan irasional mengesampingkan hasil proses berfikir ilmiah karena kekurangan kevalidatasan bukti sehingga dengan gampangnya memunculkan suatu asumsi semata. Bayangkan saja apabila hal hal bersifat irasional menjadi sebuah wacana yang sering dibicarakan secara terus menerus dalam negara dan maupun lintas negara. Maka yang mungkin terjadi adalah kita sebagai warga negara akan memunculkan sikap saling menyalahkan satu sama lain. Menuding tanpa bukti-bukti yang valid.
Seperti yang dikatakan Aristoteles homo est animale rationale yaitu manusia adalah binatang yang berfikir. Maka proses berpikir pastinya menghasilkan sikap rasional melihat sesuatu yang ada didunia. Bukan berarti tulisan ini men-stigma-tisasi hal-hal yang bersifat irasional. Sebenarnya esensi kehidupan adalah sebuah ketidaknyamanan antara dualisme rasional dan irasional. Tidak bisa kita pungkiri bahwa dunia kita selalu diliputi dua hal yang berbau ilmiah dan non ilmiah. Maka fenomena dan peristiwa yang terjadi dan yang telah dicatat dalam buku sejarah dunia pasti menimbulkan sikap rasional dan irasional dalam menanggapinya.
Pengambilan sikap untuk menanggapi kondisi saat ini akan menentukan langkah kedepannya seperti bagaimana. Sebaiknya kita melihat sebuah realitas yang ada sekarang dan menjadikannya sebagai bahan refleksi maksudnya daripada kita membicarakan wacana yang akan menimbulkan keresahan. Mengapa tidak untuk berfokus terhadap penanggulangan, menyadarkan diri setiap individu untuk mencegah setiap penyebaran. Pasti langkah tersebut sangat efisien, selain mempercepat pemotongan rantai penyebaran virus itu juga malah menjadikan diri kita bersikap rasional terhadap realita sekarang.
Namun, kenyataan yang terjadi adalah banyaknya sikap irasional yang dilakukan oleh masyarakat yang dapat menghambat penanggulangan pandemi ini, bisa kita ambil contoh oknum yang mengatasnamakan sikap religius sebagai penentang realitas saat ini, dimana mereka tidak peduli akan keselamatan manusia lainnya demi melaksanakan kegiatan spiritual dan juga alasan bahwa kekuatan ilahi akan melindungi mereka. Tidak akan menjadi masalah kegiatan spiritual yang dilakukan tapi sesunguhnya sikap rasional sangat dibutuhkan disini yaitu tahu menahu kondisi sekarang ini sangat rawan dan rentan penyebaran virus terhadap keramaian.
Sikap irasional adalah sebuah bentuk yang sangat menolak kondisi saat ini. dari ketidakmampuan untuk menerima kondisi saat in karena kekurangan bukti maka daripada itu hal hal yang berbau atau bermuatan kekuatan tak kasat mata menjadi alasan penjelas untuk menjelaskan dan menjabarkan kondisi saat ini. Sebagai manusia yang berpikir seperti kata Aristoteles, alangkah bijaknya melihat situasi sekarang dengan fokus utama kita adalah menyelamatkan manusia lainya satu sama lain. Cara itu sangat gampang dilakukan dengan menerima realita yang ada sekarang bahwasanya dibutuhkan sikap pencegahan untuk memotong rantai penyebarannya ini daripada kita mempermasalahkan hal-hal irasional, mengapa tidak kita bersikap rasional saja dengan kondisi sekarang?