Halipah dan Semangat Pendidikan Pelosok Negeri

0
566

Teks oleh Firda Agustina

 

Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi sebagi alat utama untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa. Pendidikan pada hakekatnya merupakan indirect investment bagi proses produksi dan direct investment bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (human quality). Pendidikan akan meningkatkan dan mempertinggi kualitas tenaga kerja, sehingga memungkinkan tersedianya angkatan kerja yang lebih terampil, handal, dan sesuai dengan tuntutan pembangunan serta meningkatkan produktivitas nasional. (A. Daliinan, 1995:138, Adiwikata, 1988).

Namun, Jika kita melihat kondisi pada saat ini, kondisi pendidikan Indonesia masih saja memprihatinkan dan kurang perhatian dari pihak pemerintah. Salah satu sebabnya adalah karena kondisi wilayah yang sangat sulit dijangkau. Fasilitas pendidikan di daerah-daerah juga sangat kurang, utamanya dalam hal sumber daya manusia yang akan melakukan transfer ilmu. Pendidikan dasar 9 tahun yang mulai digagas oleh Presiden Soeharto pada tanggal 2 Mei 1994 nyatanya belum mampu menjangkau masyarakat Indonesia hingga hari ini.

Film dokumenter berjudul “Halipah, Pelangi di Bahonlangi” menjadi salah satu saksi potret pendidikan wilayah pedalaman Indonesia. Berlatar di Desa Bahonlangi, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, film ini menunjukkan bahwa pendidikan formal adalah hadiah semanis buah. Anak-anak tidak memiliki akses pendidikan formal layaknya teman-teman sebaya di kota besar, Makassar misalnya. Mereka hanya memiliki seorang guru, “Puang guru”, Halipah namanya. Hanya dialah yang mendedikasikan dirinya mengajar untuk anak-anak Bahonlangi.

Tidak hanya mengajar di SD Inpres 5 Bahonlangi, Kecamatan Bontocani, ia juga menjadi guru bagi masyarakat setempat. Meskipun dengan gaji yang hanya dibayar setiap 3 bulan sekali, tidak menyurutkan niatnya untuk tetap mentransferkan ilmu yang ia punya terhadap orang dilingkungannya. “Sebelumnya ada 2 guru yang sempat mengajar di sekolah dasar ini, tapi tidak bertahan lama karena gaji yang sedikit,” tutur Puang guru Halipah di salah satu potongan fim tersebut.

Puang guru Halipah mengajar mulai dari kalangan anak kecil hingga orang tua, dari belajar menghitung, membaca, ia juga mengajarkan ilmu agama khususnya bagi anak-anak. Setiap hari hingga pukul 9 pagi anak-anak meramaikan rumah Puang guru untuk belajar membaca Al Qur’an. Jadi wajar saja jika anak-anak Bahonlangi tidak punya jam masuk sekolah sama dengan sekolah lainnya. Bagi Puang guru, ilmu agamalah yang menjadi pendidikan utama bagi anak-anak. Kebahagiaan terbesarnya pun saat ada murid yang dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke tingkat menengah pertama bahkan menengah ke atas.

Film dokumenter ini digarap oleh komunitas 1000 Guru Chapter Sulawesi Selatan. Komunitas 1000 Guru adalah komunitas non-formal yang anggotanya merupakan pemuda pemudi yang peduli terhadap pendidikan anak-anak di desa terpencil di Indonesia. Komunitas ini terbentuk pada 22 Agustus 2014. Travelling and Teaching adalah semangat yang mereka bawa untuk membantu mewujudkan pendidikan yang layak di daerah pedalaman Indonesia.

“Harapannya dengan adanya film dokumenter ini diputar makin banyak orang yang tahu bahwa ada satu daerah di Desa Bahonlangi yang betul-betul membutuhkan peran pemerintah, dan dengan tereksposenya Desa Bahonlangi diharapkan sekolahnya lebih berkembang dan anak-anaknya semakin pintar dan dapat melanjutkan sekolahnya,” harap A. Appi Patongai selaku Koordinator 1000 Guru Sulawesi Selatan.

Dari film ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa endidikan harus diperjuangkan, pendidikan merupakan hak segala bangsa tanpa terkecuali, pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab bagi kita semua. Saatnya bergerak melakukan aksi nyata merefleksikan segala ilmu yang dimiliki dan menciptakan pelangi-pelangi baru di pelosok negeri, dan menyebarkan kebaikan-kebaikan di manapun kita berada.

Agenda pemutaran ini adalah salah satu rangkaian dari acara Anniversary 50th ACCOR HOTELS yang dilaksanakan pada 20 November 2017 di Hotel Ibis Makassar. Accor Hotels mengusung tema Local Heroes dan menjadikan Puang guru Halipah sebagai local hero pilihan tahun ini. Acara ini dihadiri oleh para relawan 1000 Guru Sulsel, anggota komunitas se Makassar, perangkat desa Bahonlangi, dan tentunya Puang Guru Halipah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here