Teks oleh Irfan Ashar
Gambar oleh Tribee Reviews
Film Where to Invade Next yang disutradari oleh Michael Moore merupakan film documenter yang menceritakan tentang perjalanan sutradara yang sekaligus juga menjadi aktor dalam mencari berbagai ide-ide cemerlang yang terdapat di beberapa negara yang ada di dunia. Perjalanannya merupakan invasi terhadap negara-negara tersebut. Tapi, invasi yang dilakukan tidak dengan berperang dan mengambil sumber daya alam, namun hanya mengeksplor ide-ide cemerlang beberapa negara dan kemudian rencananya akan diterapkan di negara asalnya, Amerika Serikat.
Keterlibatan sutradara yang berperan sebagai aktor jelas menimbulkan kesan tersendiri bagi para penonton, film ini seolah-olah dipandu oleh Michael Moore sendiri. Dengan dubbing suara yang mengarahkan tentang tujuan perjalanan dan negara-negara yang akan dikuncungi, penonton akan dengan mudah mengetahui hal-hal yang akan dilakukan oleh Michael Moore.
Berbagai masalah yang terjadi di Amerika Serikat menjadi awal cerita dari film ini, beberapa cuplikan peperangan tentara Amerika pun turut menggambarkan tentang bagaimana kondisi negara Amerika Serikat hari ini. Situasi tersebut menjadi alasan mengapa Michael Moore seolah-olah menjadi utusan negara untuk menginvasi beberapa negara lainnya yang ada di belahan bumi yang lain. Cuplikan-cuplikan scene tersebut seolah-olah menjadi penghubung antara sebab dan akibat dari tujuan yang akan dilakukan oleh Michael Moore.
Penyajian bahasa yang diungkapkan dalam perjalanan film dan invasinya cenderung menggunakan bahasa keseharian yang mudah dimengerti. Hal tersebut dilakukan karena Michael Moore akan berhadapan dan saling berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda negara dengannya. Sesekali Michael Moore pun melontarkan jokes ringan untuk menghiasi perjalanannya.
Negara-negara yang dikunjungi merupakan negara yang memiliki ciri khas tersendiri dalam hal kehidupan sosial.
Banyak aspek sosial seperti kehidupan buruh, hukum, pendidikan, dan gender yang coba diperlihatkan di negara-negara yang diinvasi. Kemudian dalam film ini, ide-ide yang diinvasi dan akan diterapkan di Amerika ditandai dengan penanaman tiang bendera di negara tersebut oleh Michael Moore.
Film yang mendapatkan keuntungan sebesar $ 4,46 juta ini akan menarik perhatian penonton untuk mengunjungi beberapa negara yang telah dikunjungi oleh Michael Moore. Perasaan mengkhayal akan berada bahkan menjadi warga negara salah satu negara yang dikunjungi biasakan akan tiba-tiba muncul di benak penonton apabila ide cemerlang yang diterapkan di negara tersebut terasa cocok dengan keinginan kita. Uniknya, beberapa ide yang cukup berat pembahasaannya, akan dengan mudah diilustrasikan dalam film ini. Sikap Michael Moore yang humble seakan-akan membuat suasana film cenderung menjadi lebih fun.
Pada akhirnya, keberpihakan dan pernyataan bahwa Amerika Serikat tetap menjadi negara adikuasa akan terlontar melalui pernyataan-pernyataan Michael Moore sendiri. Namun, film yang menjadi salah satu nominasi dalam penghargaan Critics’ Choice Movie Award for Best Documentary Feature ini cukup membuat kita semakin bertambah pengetahuan mengenai patahan-patahan hal unik yang diterapkan oleh negara-negara lain.