Lautan Penghidupan, Asa di Ujung Pancing

0
36

Tulisan Oleh : Putri Adila

Foto Oleh : Putri Adila

Sebelum matahari menyapa malam, nelayan-nelayan selalu bergegas menjauh dari darat dan mendekat ke tengah laut. Mereka adalah pejuang laut yang menghadapi tantangan sebagai rutinitas harian. Walaupun berangkat dengan penuh persiapan, nyatanya risiko selalu mengintai. Karena itu, perlu ada rasa berani serta tekun untuk menggerakkan perahu mereka ke tengah lautan yang tak kenal ampun.

Tampak sesosok nelayan yang sedang mengumpulkan hasil tangkapannya semalam. Masih menggunakan pakaian basah kuyup, dirinya terlihat lincah memilah ikan yang ada di hadapannya. Sorot matanya tak lepas sedari tadi, gerakan tangan yang tak berhenti memasukkan ikan ke dalam ember sesuai jenis. Pijakan kakinya pun tak goyah di atas perahu yang bergerak karena ombak. Meski telah diguyur hujan semalaman, nampaknya hal itu tak berpengaruh apapun pada fisiknya.

Keriput yang mulai muncul dari sosok nelayan itu pun bukan lah menjadi kelemahan, melainkan bukti dari jejak waktu dan kehidupan panjang yang berharga. Rambut nya yang mulai memutih tampak bergerak diterpa angin laut. Tangannya yang kasar menggambarkan perjuangannya di lautan malam. Entah itu kegagalan ataupun keberhasilan, entah itu menceritakan tangis atau tawa. Hanya dirinya yang tau.

Mengarungi lautan selama tiga puluh tahun dan berlabuh di salah satu pelabuhan yang terletak di sulawesi selatan. Nampaknya tempat tersebut menjadi bagian yang telah memberikannya penghidupan sekaligus mengukir sebagian kisah hidupnya dalam deburan ombak dan angin laut.

Setiap sore sebelum senja, pria itu mempersiapkan diri untuk pergi ke pelabuhan. Menggunakan sepeda motornya yang telah usang dan ditemani oleh satu orang temannya. Saat di laut, terkadang hasil tangkapan pun tak selalu memuaskan, tergantung kondisi cuaca.

Beberapa kali mereka pernah mengalami kejadian tak menyenangkan, angin kencang dan guyuran hujan yang terus-menerus menerpa ia dan temannya di tengah laut, membuat keadaan ombak disekitarnya turut menciptakan gelombang yang tak menentu. Ternyata persiapan seorang nelayan bukan hanya tentang memastikan tangkapan ikan yang melimpah, namun juga tentang bertahan hidup di lautan dalam kegelapan malam.

Walaupun mereka seringkali tak mendapatkan tangkapan dicuaca buruk dan pulang dengan tangan kosong, hal tersebut bukan menjadi halangan untuk tetap berjuang di tengah lautan. Hanya itu yang bisa mereka lakukan agar dapat terus menghidupi keluarga yang menanti di rumah.

Sejak matahari menampakkan sinarnya, para nelayan harus kembali ke pelabuhan untuk menjual harta karun yang telah diberikan oleh sang laut. Berapapun hasil yang didapatkan, mereka selalu membawa upahnya ke tempat anak istri menunggu.

Sebelum matahari mulai menancap tinggi di langit, para nelayan itu bergegas menaiki sepeda motornya untuk kembali ke rumah. Dengan harapan bahwa esok pagi, akan kembali berangkat mengarungi lautan yang tak pernah berhenti berbisik.

Lautan seolah menjadi rumah kedua, di sana kehidupan nelayan dimulai, kisah yang memuat ketekunan, keberanian, dan cinta pada lautan. Karena di balik ombak, ada kehidupan yang tak pernah berhenti bergulir. Di antara ombak dan angin yang berbisik, para nelayan akan terus mengejar matahari yang mulai tenggelam di sore hari, mereka adalah pejuang laut, yang menggantungkan penghidupan pada sang laut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here