Teks oleh Gilang Ramadhan
Literasi merupakan kemampuan menulis dan membaca. Sedangkan media adalah alat komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televise, film, poster dll. Atau garis besarnya mengenai segala jenis pemberitaan. Literasi Media adalah kemampuan untuk membaca segala hal yang terkait dengan baik buruknya suatu pemberitaan atau tulisan-tulisan dalam segi fakta atau hoaksnya.
Fokus dalam materi literasi ini menyangkut tentang seberapa peka kah kita dalam menganalisis media? Baik itu tentang media yang hanya memberitakan sesuatu atas kepentingan mereka, media yang memberitakan suatu hal dengan semena-mena tanpa meninjau bagaimana pemberitaan itu akan tersebar, atau media yang kerap melakukan propaganda yang mana konteksnya belum kita tahu kebenarannya.
Pernah kita bertanya dalam hati? Apa yang salah dengan media kita? Mengapa seluruh pemberitaannya hanya menjabarkan tentang Jabodetabek saja? Seolah-olah pusat daripada seluruh berita itu disana. Kita tidak sering melihat pemberitaan mengenai Makassar dalam segi positifnya. Media kemudian akan memberitakan ketika mendapati suatu aktivitas buruk seperti tawuran, pembegalan, dan lain sebagainya. Itu hanya garis besarnya saja. Belum yang lebih rinci lagi. Seolah-olah media saat ini hanya digunakan khusus untuk memanfaatkan dan memakasimalkan kepentingan saja dengan rakyat sebagai korbannya.
Hal inilah yang melatarbelakangi harusnya ada kemampuan literasi dalam membaca media. Bertujuan untuk meluruskan apa yang sudah bengkok. Atau paling tidak mencerdaskan seluruh pembaca atau penonton yang kerap terjebak dalam pemberitaan berupa propaganda dan berita-berita hoaks yang menjamur di Indonesia. Langkah ini diambil karena semakin maraknya media yang melakukan tindakan seperti itu. Dan rakyat juga kehilangan fungsinya. Bisa dipastikan hampir dari seluruh masyarakat Indonesia pernah terjebak dalam berita hoaks.
Seberapa kritis kah kita? Mengapa bisa berita yang tidak bermutu tersebut mampu menembus dinding pertahanan yang selama ini kita bangun? Bukankah itu menggambarkan bahwa sikap kritis masyarakat Indonesia perlahan terkikis? Kalau saja kita tetap mempertahan kekritisan. Tentu media tidak akan semena-mena melakukan pemberitaan yang tidak sewajarnya. Dalam materi Literasi Media, kita diajak kembali menguatkan sikap kritis dalam mempersiapkan pertarungan selanjutnya untuk memerangi berita yang memiliki kualitas buruk dan berita-berita yang kerap mengandung unsur hoaks dan propaganda.
Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil review materi Literasi Media pada Forum Inisiasi Gerakan Unik dan Radikal (FIGUR).