Oleh : Gilang Virgiawan
Foto Oleh : Gilang Virgiawan
Kala itu, ombak berderu perlahan memecah keheningan yang hanya sepersekian. iya, keheningan itu terlintas di benak.
Kembali mempertanyakan kehidupan, mungkin sudah saatnya tuk perubahan.
Menginginkan presensi dirinya terdengar halu, walau bisa dipandang secara semu. Sejak saat itu, dunia perlahan berubah dan berwarna. Namun bukannya bertahan lama, itu jadi sekedar rasa sementara. Kembali sadar bahwa hidup ini memang terasa hambar.
Ketika senja datang, ku merasa setengah diriku menghilang. Bagaikan tak berdosa, kau hancurkan rasa yang selama ini ku tanam. saat semuanya telah pergi, bayangmu kembali mengisi.
Entah mengapa orangenya langit dikala surya pamit ini memiliki kesan tersendiri. Disusul dengan hadir nya bulan nantinya dan gemuruh angin pantai yang menepis tipis di bagian bawah pelipis. Laut dan langit selalu jadi pelarian, pembawaannya yang tenang serta cahaya matahari yang remang. Sungguh perpaduan yang sempurna.
Banyak hal yang ingin disampaikan belum sempat tersampaikan sudah tercampakkan. Namanya hidup, adakalanya untuk redup.
“Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku.”
“Merobek semua bayangan yang tampak direlung sukmaku.”
Namun sayangnya aku tak sekuat itu, masih mencari kasih yang belum terealisasi.
Proses.
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…
Penulis: Kayla Aulia Djibran Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) melalui…