Oleh: Aulia Artafianes
foto: Abrar Abu Massir
Subuh-subuh aku sudah mendengarnya, bertempur diarea dapur untuk sarapan para penghuni rumah, dia Ibuku. Ibu bagi anak-anaknya dan sosok istri bagi sang suami.
Rutinitas ibu hampir sama setiap hari, mengurus anak, mengurus rumah, dan suami. Sedangkan, untuk diri sendiri entahlah. Ibu selalu menjadikan keluarganya sebagai prioritas.
Jujur, aku tidak suka ibu menjadikan keluarga sebagai prioritas, karena ia menjadi melupakan dirinya sendiri.
Sebelum menjadi ibu, ia hanya remaja yang juga memiliki cita-cita, impian dan keinginan. Tapi tak urung setelah menikah, ia mengubur semua itu jauh di dalam relung hati terdalamnya.
Dapur, sumur dan kasur kata orang itulah yang sudah sepatutnya terjadi ketika sudah menikah. Tapi, bukankanh itu pengkerdilan dan ketidakadilan bagi sosoknya.
Ibu punya peran menjadi ibu bagi anaknya dan istri bagi sang suami. Tapi, ibu juga memiliki peran untuk menjadi diri sendiri.
Ibu dengan sejuta topeng diwajahnya, sangat menyesakkan bagiku. Aku ingin ia bebas, walau tanpa melupakan.
Harapan akan kebebasan atas sosoknya, tak akan bosan ku ucapkan hingga langit nirwana sana. Sosok Ibu akan mendapatkannya, keadilan, kebebasan dan keinginannya.
Rasa hormat dan sayang tak akan pernah henti tercurahkan dariku pada sosoknya. Ibu wanita yang luar buasa, yang akan selalu terkenang secara abadi bagi anak-anaknya.
Selamat tanggal 22 November 23, untuk para ibu. Untuk ibu, untuk yang akan jadi ibu, dan untuk perempuan dimanapun berada mari kita Rayakan hari ini untuk sebuah kebebasan diri.