Sedikit mengilas balik playlist 1-2 tahun kebelakang, ketika Nosstress dengan pengharapannya yang akan selalu diamini banyak insan yang mendengarnya. Saya selalu senang jika mendengar lagu yang dikemas dengan doa-doa bersajak pada liriknya dan pada saat itu saya menemukan lagu ini.
“Semoga, Ya” muncul sebagai salah satu dari beberapa kumpulan lagu yang termuat dalam album ‘berani’ Nosstress bertajuk “Ini Bukan Nosstress”. Album ini hadir sebagai representasi dari ketiga jiwa yang selama ini selalu mengolaborasikan pola pikir mereka ke dalam sebuah karya secara bersama-sama dengan andil yang rata dan tepat sesuai bagiannya. Lagu-lagu dalam album ini dikarang dan diproduksi oleh masing-masing pribadi, tanpa campur tangan dari personel lain. Alih-alih mencipta karya bersama, merestui dalih agar merindukan rasanya berkarya bersama kembali, album ini tercipta sebagai yang paling angkuh dan individualis. Namun tetap komposisi ketiganya baik itu Man Angga, Guna Warma, maupun Tjokorda Bagus tidak pernah mengecewakan. Bilamana tak lagi dituangkan dalam tiap karya, kombinasi apiknya justru terletak pada satu album “Ini Bukan Nosstress.”
Dari beberapa lagu itu yang saya bawakan berjudul “Semoga, Ya”. Lagu yang ditulis dan dinyanyikan oleh Guna Warma. Sajak ini ia sebut sebagai representasi diri sendiri. Sajak yang ketika saya dengar berhasil menyentil kesadaran bahwa untuk apa berkelit pada nestapa bila sebenarnya yang kita lakukan apapun itu di hari ini bisa berdampak pada masa yang akan datang. Baik-buruknya tiap laku akan mengilhami setiap waktu yang dihidupi. Bahwa yang dituai adalah apa-apa yang ditanam. Maka yang seharusnya ditanam adalah apa-apa yang dilandasi norma kebajikan. Hukum semesta itu mutlak, Tuhan juga Maha Menyimak, mendoakan setiap tindak hanyalah pitutur lesu kalau-kalau usahanya sebatas mulut yang bergerak.
Dari tiap baitnya berisi doa, seperti yang sudah seharusnya disemogakan oleh semua. Hari ini lebih baik dari kemarin, begitu pula besok baiknya juga lebih dari yang ini. Seperti halnya lusa akan bisa terlampaui tanpa sesal sebab yang sebelumnya lebih banyak berusaha. Lantas pagi yang kembali bisa dinikmati karena berhasil menuntaskan malam tanpa beban pikir yang tak bisa disudahi. Sering halnya malam lebih galak dari tuntutan tugas dosenku setiap pekannya, menyangkal setiap kemungkinan dengan argumen yang sebenarnya muncul dengan sendirinya. Tapi menyemogakan lelap yang nyaman apa salahnya? Toh manusia juga bagian dari lelah yang jauh dari kata aman. Tak berhenti di sana, bait lain juga menyemogakan bab romansa. Semoga malam dan keperkasaan rembulan mampu menyibak kegelapan dan membuka jalan bagi rasi bintang untuk mengantarkan mereka kepada temu yang diidamkan. Menuju pulang bagi setiap makhluk yang menganggap rumah adalah hal paling baik dari semua resiko yang telah ditempuh di hari itu.
Cari yang memang jadi potensi menghidupi akan terasa sulit bila yang diberi porsi tak sesuai dengan nurani. Sesekali penting menyadari bahwa memaksakan keberhasilan akan berdampak bagi banyak hal, mungkin, tidak lain salah satunya perihal kehilangan. Memahami konsekuensi agar tak semena-mena menelan progresi. Yang jelas, hal baik apapun itu yang sedang kau jalani pasti akan terjadi; Semoga, Ya?
Tak ada guna bila, kau masih hanya diam saja;
Catatan ini ditulis untuk diri sendiri.
Ichwan Azizil
Oleh : Satriulandari Foto : Dokumentasi Pribadi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unhas raih juara tiga…
Oleh: Putri Aliqa Umayyah Ilustrasi: Pinterest Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang…
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…