Terjebak Trauma dan Istana: Kisah Beast Si Avoidant yang Takut akan Kelekatan

0
27
Ilustrasi Dari : Pinterest

Oleh: Yaslinda Utari Kasim

Siapa yang tidak kenal dengan karakter Beast? Pangeran buruk rupa yang terkena kutukan karena sifat arogan dan egoisnya dalam cerita rakyat klasik Prancis “Beauty and The Beast”. Satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan itu adalah dengan belajar mencintai dan dicintai sebelum kelopak terakhir mawar ajaib jatuh.

Sayangnya, penawar kutukan tersebut tidak dapat diwujudkan semudah yang dibayangkan. Trauma masa kecil, wajah menyeramkan setelah dikutuk, serta rasa kesepian karena mengurung diri di istana membuat Beast semakin menjauh dari kemungkinan cinta, meskipun sudah ada Belle yang menawarkan kehangatan cinta.

Alih-alih menyambutnya, Beast justru membangun dinding tinggi di sekeliling hatinya. Takut bahwa kedekatan itu hanya akan membawa lebih banyak luka. Tanpa disadari ketakutan yang dirasakan Beast juga benar terjadi di dunia nyata. Tidak sedikit orang yang menghindari kelekatan, menarik diri dari hubungan emosional karena takut terluka. Selayaknya Beast, sebagian orang menganggap kelekatan cinta bukanlah penawar, melainkan ancaman yang mengingatkan akan rasa sakit dan trauma sehingga mereka memilih menghindar.

Pola demikian dijelaskan secara psikologis sebagai “avoidant attachment” atau keterikatan menghindar. Orang dengan avoidant attachment cenderung menghindari kedekatan emosional dan menjaga jarak dalam hubungan. Terutama dalam hubungan romantis yang berkaitan dengan komitmen dan pertimbangan masa depan. Sebagaimana dituliskan dalam Jurnal Psikologi dan Kesehatan berjudul “Relationship Between Insecure Attachment and Commitment in Early Adult Dating in Surabaya”.

Penelitian itu menyebutkan seorang dengan avoidant attachment memiliki komitmen lebih rendah dibandingkan orang lainnya. Pola keterikatan ini berangsur-angsur membuat seseorang mengalami penurunan komitmen, kepuasan, dan kepercayaan bahkan menyebabkan mereka mengakhiri hubungan untuk sementara waktu. Penyebabnya adalah sikap si Avoidant yang cenderung kurang percaya pada pasangannya.

Pertanyaan pun muncul, apa sebenarnya alasan di balik munculnya sikap avoidant attachment pada seseorang?

Salah satu Jurnal IAIN Kediri menyebutkan pola kelekatan ini muncul dari hubungan yang diciptakan orang tua kepada anaknya. Ketika anak mencari kasih sayang, orang tua malah tidak merespon bahkan sampai menolak. Penolakan juga kerap terjadi ketika anak berusaha mengejar kenyamanan dan perlindungan kepada orang tua. Penolakan-penolakan itulah yang membuat anak tidak percaya diri sampai menimbulkan kelekatan menghindar atau avoidant attachment.

Kelekatan avoidant yang tercipta dari pola asuh orang tua tersebut tentunya memengaruhi anak di masa depan. Sikapnya tertutup, menghindari komitmen, kurang percaya diri, dan ketakutan mendalam akan hubungan romantis hingga terus-menerus menghindar. Dengan kata lain, pola asuh tersebut mungkin saja membuat anak trauma akan penolakan, ditinggalkan, serta hubungan yang terlalu dekat.

Sama seperti Beast, Ayahnya yang dingin dan kasar membentuk karakter demikian padanya. Oleh karena itu, bukankah sebaiknya orang tua dapat lebih memerhatikan pola kelekatan pada anak? Jika tumbuh dengan sikap terus menghindar, tidak hanya hubungan romantis, tapi lingkungan sosial, karier, hingga kesehatan mental pun akan terganggu.

Tidak hanya itu, penting bagi seseorang dengan avoidant attachment menyadari dan memperbaiki pola kelekatannya. Karena sayangnya, tidak semua orang di sekitar Avoidant bisa berlaku seperti Belle yang mampu meruntuhkan dinding hati Beast.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here