Unhas Jaya Mace Kansos Merana

0
90
Oleh Gilang Virgiawan

Oleh : Andi Erika Yuniarsi

Di bawah kepemimpinan Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Jamaluddin Jompa, kampus ini semakin menunjukkan ambisinya untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH). Namun, di balik kemegahan gedung dan visi besar “inovasi, kenyamanan, dan kenaikan harga,” suara pedagang kecil kantin sosial (Kansos) justru tenggelam.

Mace kantin, yang selama ini menjadi tulang punggung penyedia makanan murah bagi mahasiswa, kini harus menghadapi kenyataan pahit. Biaya sewa yang melonjak hingga Rp 600 ribu per bulan, belum termasuk tambahan biaya Rp 85 ribu per alat elektronik yang digunakan.

“Dulu 500 ribu sudah termasuk semuanya. Sekarang, 600 ribu cuma untuk tempat. Peralatan listrik seperti kipas angin, kulkas, blender, dan sebagainya ada biaya tambahan sebesar 85 ribu per item,” ujar salah satu mace kantin pada 6 Desember 2024.

Ibu kantin yang akrab disapa Mace itu mengaku kebijakan baru ini dinilai memberatkan, terutama dengan tambahan biaya listrik yang diterapkan per item elektronik, seperti rice cooker, kipas angin, hingga kulkas. Jangan-jangan nanti mereka harus bayar tiap kali nyalain lampu. Ini kantin apa co-working space?

Tidak hanya itu, meski kantin tutup pada hari libur, uang sewa tetap harus dibayar penuh. Hal ini semakin memunculkan kritik terhadap kebijakan kampus yang dianggap hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan dampak bagi pedagang kecil. Apa ini program kantin menuju kapitalisme? Padahal keuntungan mace hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Sejak Prof. Jamaluddin Jompa dilantik sebagai rektor, kenaikan biaya sewa menjadi salah satu kebijakan yang paling banyak menuai kritik. Jika sebelumnya biaya sewa sebesar Rp 500 ribu sudah mencakup semuanya, kini mace kantin harus membayar lebih mahal untuk fasilitas yang sama.

Mahasiswa juga turut menyuarakan protes terhadap kebijakan ini. Mereka menilai bahwa kebijakan tersebut tidak hanya merugikan mace kantin, tetapi juga berpotensi menaikkan harga makanan di kantin. “Kalau ini diteruskan, jangan heran kalau nasi goreng di kantin nanti harganya setara restoran bintang lima,” ujar salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here