Tulisan Oleh : Fera Safitri & Miftahul Janna
Pertempuran besar-besaran pernah terjadi di Surabaya tepat 76 tahun silam, rakyat Surabaya bertempur melawan tentara Inggris. Pertempuran ini merupakan pertempuran pertama dengan negara asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tersebut mengakibatkan 20 ribu rakyat Surabaya meninggal dan 150 ribu orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya. Peristiwa heroik ini kemudian ditetapkan pemerintah sebagai Hari Pahlawan.
Ada banyak cara mengenal pahlawan, salah satunya dengan mengenal sederet pahlawan yang diabadikan pemerintah dalam mata uang kertas. Jadi, siapa saja sosok-sosok pahlawan yang diabadikan dalam mata uang kertas?
1. Uang Pecahan Rp100.000
(Sumber : wikipedia.org)
Pada uang pecahan nominal terbesar di Indonesia, BI menyematkan dua sosok pahlawan yang merupakan Presiden dan Wakil Presiden RI pertama, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta dan keduanya mendapat gelar pahlawan pada tahun 1986.
Soekarno-Hatta merupakan tokoh proklamator Indonesia. Tahun 1945, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, Soekarno-Hatta akhirnya membacakan naskah proklamasi di halaman rumah Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur, No. 56, Jakarta setelah berbagai perjuangan melawan penjajah. Sebelumnya, pada 16 Agustus 1945 terjadi peristiwa Rengasdengklok, yakni hari ketika Bung Karno dan Bung Hatta diculik dengan tujuan untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Uang Pecahan Rp50.000
(Sumber : wikipedia.org)
Pahlawan yang mengisi uang lembar berwarna biru ini adalah Djuanda Kartawidjaja, ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri ke-10 serta Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I. Djuanda Kartawidjaja adalah orang yang mencetuskan konsep negara kepulauan yang kemudian dikenal dengan nama “Deklarasi Djuanda”. Deklarasi Djuanda ini mengklaim semua perairan yang menghubungkan antar pulau sebagai bagian dari negara Indonesia. Berkat Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia menjadi 2,5 kali lipat lebih luas dari sebelumnya.
Sebelum Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1993 yang menyatakan bahwa pulau-pulau Indonesia di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut sejauh 3 mil dari garis pantai. Setelah melalui perjuangan panjang, Deklarasi Djuanda akhirnya diterima pada tahun 1982 yang diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Deklarasi itu juga ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III tahun 1982.
3. Uang Pecahan Rp20.000
(Sumber : wikipedia.org)
Pada pecahan ini, sosok pahlawan yang mengisi lembaran Rp20.000 adalah Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi. Ia merupakan politikus, penulis, guru dari Sulawesi Utara dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Sam Ratulangi memberikan banyak bantuannya kepada rakyat Minahasa dengan berhasil menghapuskan kerja paksa (rodi), menyelenggarakan transmigrasi, mendirikan yayasan dana belajar, dan lain-lain.
Setelah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sam Ratulangi diangkat menjadi Gubernur Sulawesi. Tugas pertama Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi adalah mengumumkan kemerdekaan Indonesia di Sulawesi. Sam Ratulangi membacakan kembali Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di hadapan pemuka-pemuka rakyat Sulawesi pada 19 Agustus 1945. Namun, pembacaan kembali itu membuat Sam Ratulangi dihimpit serangan Jepang dan sekutu. Pada akhirnya, Sam ratulangi menempuh jalur diplomasi dengan menandatangani petisi Ratulangi yang dikirimkan ke PBB. Petisi itu menyatakan bahwa Sulawesi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia.
4. Uang Pecahan Rp10.000
(Sumber : wikipedia.org)
BI menyematkan pahlawan dari Papua, Frans Kaisiepo pada uang pecahan Rp10.000. Ia merupakan pahlawan yang turut mempersatukan Papua dan menjadikannya bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau adalah satu-satunya wakil Papua yang menghadiri Konferensi Marino di Sulawesi Selatan, konferensi yang sangat penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, ia mengusulkan untuk mengubah nama Papua menjadi Irian, singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederland, seperti yang tertulis di Monumen Pembebasan Irian Barat. Frans Kaisiepo meninggal pada 10 April 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Jayapura.
5. Uang Pecahan Rp5.000
(Sumber : wikipedia.org)
Uang pecahan Rp5.000 diisi oleh tokoh pahlawan yang berasal dari Kalimantan, K.H Idham Khalid, ia juga merupakan salah satu kiai mashur Nahdlatul Ulama. Beliau adalah seorang ulama, politikus, serta tokoh Indonesia yang memimpin organisasi pemerintahan, legislatif dan organisasi masyarakat. Idham menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Ketua DPR/MPR, dan Ketua Tanfidziyah PB Nahdlatul Ulama dari tahun 1956 hingga 1984.
Peraih Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Kairo ini mampu berperan ganda dalam satu situasi, yakni sebagai ulama dan politisi. Sebagai seorang ulama, beliau menjaga prinsip dan tradisi Islam, sementara ketika menjadi politisi, ia berkompromistis bahkan pragmatis.
6. Uang Pecahan Rp2.000
(Sumber : wikipedia.org)
Pahlawan yang wajahnya disematkan pada pecahan Rp2000 adalah Mohammad Hoesni Thamrin, seorang pahlawan nasional Indonesia yang ditetapkan melalui Keppres No.175 tahun 1960. MH Thamrin mendirikan sebuah forum yang bernama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Ia berusaha menyatukan semua kekuatan sosial-politik yang membawa bendera masing-masing untuk mengembangkan ide bersama dalam menentukan nasib negara Indonesia.
Salah satu peran penting dari forum tersebut adalah Indonesia Berparlemen. Artinya, jika nasib negara dapat ditentukan oleh rakyat Indonesia, maka Thamrin ingin Indonesia memiliki parlemen yang nyata dan pemerintah yang bertanggung jawab. Melalui GAPI, Thamrin mendirikan Kongres Rakyat Indonesia dan dari sinilah Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan dan bendera merah putih sebagai bendera nasional.
7. Uang Pecahan Rp1.000
(Sumber : wikipedia.org)
Pahlawan yang wajahnya terpampang di pecahan Rp1.000 adalah Tjut Meutia, salah satu pejuang perempuan dari Aceh. Dikenal sebagai seorang pemberani, Tjut Meutia memiliki semangat juang yang tinggi dan tekad yang kuat untuk melawan para penjajah. Beliau dengan suaminya bersama-sama melawan Belanda, namun pada akhirnya suami Tjut Meutia ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda pada Maret 1905. Sebelum meninggal, suaminya berpesan kepada temannya Pan Nangroe untuk menikahi istri dan merawat anaknya.
Setelah menikah, Tjut Meutia dan Pang Nanggroe bergabung dalam pasukan Teuku Muda Gantoe. Dalam peperangan melawan Marechaussee di Paya Cicem, Pang Nanggroe tewas dalam pertempuran tanggal 26 September 1910, sedangkan Tjut Meutia berhasil selamat. Setelah kematian Pang Nanggroe, Tjut Meutia masih berjuang melawan Belanda bersama pasukan kecilnya. Namun, dalam pertempuran di Alue Kurieng pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjut Meutia akhirnya gugur oleh peluru tentara Belanda.