Puisi Oleh : M Rafly Purnama Rizaldy
Tumbuh hingga akar mencengkram,
hilang dari permukaan
Kuat hingga tanah tak mampu menggesernya,
dan tinggi menjulang hingga tak mampu disetarakan
Karena aku memilikimu, kendali atas diriku
Oh Tuhan, apakah ini adalah sifat yang engkau turunkan?
Melihat diri di depan kaca, melihat cahaya yang bersinar terang
Hanya aku punya, aku punya cahaya yang terang itu
Lalu cahaya ku menjadi lawan dari kegelapan mu
Tak lupa ku punya kuda yang gagah dan berani,
siap memenangkan
Mata membara penuh tujuan
Tatapan tanpa henti
membakar segala yang menghalanginya
Namun kuda itu mati ditembak tepat di kepalanya
Tersungkur dan sekarat hingga matanya sudah padam
Maka kuda itu tak berdaya, hingga menyadari bahwa sudah tiada lagi
Hari berganti hari
Namun wajah kuda itu tak lepas dari ingatanku saat timah panas menghantamnya
Bayang-bayang matanya membuat aku menyadari ia tak berguna lagi
Kupandang lagi diriku di depan cermin melihat ada yang aneh
Ada hal lain diluar daripada diriku yang tak kukenal melintas
yang lebih indah dan memiliki banyak warna
yang lebih terang daripada cahayaku
Aku keliru ketika bercermin,
Hanya seukuran tubuhku yang mampu dimuatnya
Aku lalu tersungkur dihantam cahayaku sendiri
Perlahan meredup, tidak lagi terang, hingga menghilang
Aku dan kudaku adalah jejak-jejak penderitaan
Maka lekas aku nyanyikan sebuah elegi
Maka aku mendengarnya baik-baik
Lalu pergi hingga tak tersisa
Itu adalah kebaikan terakhir sebelum kami menutup mata untuk bersemayam dengan tenang
Apalah daya kami tuk memberontak bangkit dari kubur yang sudah tak berarti lagi
Kuharap kau mengerti arti perdamaian ini
Berbahagialah wahai yang telah pergi,
Hiduplah wahai yang datang