Oleh: Putri Aliqa Umayyah
Ilustrasi: Pinterest
Di sebuah rumah yang sederhana, terdapat seorang wanita yang sedang memandang sebuah bingkai menampakkan tiga orang yang tertawa bahagia. Itu adalah dirinya, ibu dan ayah. Air matanya mulai jatuh tatkala dia mengingat kenangan bersama ibu tercinta. Dalam usaha untuk mengatasi rasa rindunya, ia melihat bingkai itu selama sejam lamanya. Suasana hati menjadi tidak karuan, dia merasa dunia tidak adil.
‘kenapa harus ibu yang tiada? kenapa harus aku yang merasakan kepahitan ini?’
Wanita itu tidak punya banyak kenangan bersama ibunya. Sejak beranjak dewasa ia hanya diurus oleh ayahnya seorang. Masih ingin membuat banyak momen bersama namun Tuhan lebih sayang pada ibu.
Saat malam tiba, bayang-bayang tentang ingatan momen bersama ibunya terus berputar di kepala. Rasa rindu mulai berkecamuk dalam dada, seolah memanggil namanya dalam hening malam. Wanita itu bangun dari tidurnya, mulai menatap langit yang gelap.
Ibu adalah sosok yang penyayang dan tak pernah marah. Meski kadang ibu lelah mengurus anak-anaknya, ia selalu senyum menghadapinya. Ibu pergi terlalu cepat, mungkin itu mengapa banyak momen indah yang ibu buat bersamanya.
Ia mengingat masa-masa kecilnya, saat ibunya mengajari hal yang baru ia ketahui. Ia ingat betul senyum ibu yang manis kala mengajarinya membaca. Namun, kenangan itu hanya sekilas dan terasa samar, seolah terhalang waktu dan dimensi yang jauh berbeda.
“Mengapa ibu pergi begitu cepat? Padahal aku masih membutuhkanmu Bu” gumamnya, air matanya pun membasahi pipinya. Dalam malam yang begitu dingin dan sunyi, ia merasa dunia begitu berat dan keras untuk dihadapi tanpa sosok seorang ibu yang hadir disampingnya.
Malam semakin gelap, wanita itu berusaha menenangkan dirinya yang larut dalam kesedihannya. Ia berusaha menguatkan dirinya, “aku harus kuat, aku pasti bisa”, pikirnya. “Ibuku pasti bangga memiliki anak seperti diriku”.
Dengan tekad yang kuat, dia berusaha menciptakan kenangan baru, bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk ibunya. Mungkin dengan cara itu, dia bisa mengubah rasa kehilangan menjadi kekuatan baginya.
Oleh: Muh. Cahyo Dherian Ilustrasi: Widya Juniaty Dikeramaian yang memekakkan telinga, terdapat seorang anak yang…
Tulisan : Muhammad Alfaridzi Foto : Muhammad Alfaridzi Kegiatan Basic Public Relations (PR) Class yang digelar di…
Penulis: Jessy Marty R. Loardi Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Basic PR Class kembali diadakan…
Penulis: Kayla Aulia Djibran Editor: Satriulandari Foto : KIFO KOSMIK Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Kosmik) melalui…
Oleh: Radian Dwi Imam Ar'rafi Ilustrasi: Summer Bloom Manhua Sejak hari pertama kita bertemu, kamu…