Review Film: Love Letter (1995)

0
1386
Sumber Foto: imdb.com

Oleh : Alifa Jasmine Falery Dahlan

Love Letter adalah film dari negara Jepang yang berdurasi 1 jam 57 menit, disutradarai oleh Shunji Iwai. Film ini menceritakan Watanabe Hiroko, seorang perempuan yang kehilangan kekasihnya dua tahun lalu akibat kecelakaan saat pendakian gunung. Hiroko masih belum bisa melupakan kekasihnya yang bernama Fujii Itsuki. Setelah upacara peringatan kematian Fujii, ia mampir ke rumah orang tua dari mendiang kekasihnya dan melihat album kenangan Fujii semasa SMP. Hiroko lalu mencari alamat rumah Fujii yang dulu di album kenangan tersebut dan mengirim sebuah surat ke alamat tersebut. Hiroko yang masih belum bisa melupakan Fujii menganggap bahwa surat yang dikirimnya akan diantarkan ke surga, tempat yang ia yakini sebagai ‘rumah’ dari Fujii yang sekarang.

Namun, betapa kagetnya Hiroko karena surat yang dikirimnya tersebut ternyata mendapat balasan dari seseorang yang bernama Fujii Itsuki (bukan cerita horor). Setelah diusut, akhirnya Hiroko mengetahui bahwa alamat yang ditujunya itu bukanlah alamat rumah dari mendiang kekasihnya, tapi alamat rumah dari seorang perempuan bernama Fujii Itsuki (sama dengan nama kekasihnya), sekaligus merupakan teman sekelas kekasihnya waktu SMP. Hiroko dan Itsuki kemudian menjadi sahabat pena. Tanpa memberitahu bahwa Fujii (cowok) sudah meninggal, melalui surat Hiroko menanyakan Itsuki apa saja yang ia ketahui tentang Fujii semasa SMP (seperti bagaimana sifatnya dulu, siapa cinta pertamanya, dll). Itsuki pun kembali mengingat- ingat dan menceritakan kehidupan di masa SMP-nya pada Hiroko

Masa SMP-nya tersebut bisa dibilang tidak begitu meninggalkan kesan yang baik bagi Itsuki, karena akibat namanya yang sama dengan Fujii, selama tiga tahun di SMP ia dan Fujii selalu menjadi bahan olok-olok teman-teman sekelasnya. Itsuki sendiri tidak begitu akrab dengan Fujii, tapi secara terpaksa mereka berdua pernah ditugaskan menjadi petugas perpustakaan bersama-sama. Jika Itsuki selalu tekun mengerjakan tugasnya, Fujii bisa dibilang tidak pernah melakukan apa-apa dalam tugasnya sebagai petugas perpustakan. Namun ia memiliki hobi yang unik. Ia selalu meminjam buku-buku perpustakaan yang tergolong berat dan tidak pernah dipinjam orang, tapi bukan untuk dibaca, melainkan karena ia senang menulisi kartu-kartu perpustakaan buku-buku tersebut dengan namanya sendiri (dan senang karena tidak akan ada nama-nama lain di kartu-kartu tersebut). Surat menyurat antara Hiroko dan Itsuki pun terus berjalan. Sisa film menceritakan bagaimana lucunya kisah Fujii (cewek) dan Fujii (cowok) sewaktu SMP.

Film ini jadi favorit saya karena cerita yang disajikan sangat ringan dan simple. Selain itu sebagai remaja perempuan, saya menikmati cerita manis yang ringan seperti film ini. Walaupun ada sedikit kejutan di akhir film, saya tidak mau spoiler, pokoknya kejutan itu yang membuat film ini terasa bittersweet dan sedikit mengharukan bagi saya. Film ini mengajarkan untuk jangan terlalu larut dalam sedih kehilangan seseorang, juga mengajarkan untuk jangan takut mengungkapkan perasaan sebelum terlambat. Kalau kamu suka cerita romance tanpa drama, wajib nonton ini sih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here