Oleh : Nanda Latifa Khumaira
Judul Film : Afterlife of the Party
Tahun Rilis : 2021
Sutradara : Stephen Herek
Genre : Komedi Durasi : 109 menit
Diberi kesempatan kedua setelah meninggal? Siapa yang tidak menginginkannya? Ya, Afterlife of the Party merupakan film yang mengisahkan kehidupan pasca meninggal yang dirasakan oleh Cassie (Victoria Justice). Setelah meninggal Cassie tidak langsung ke “surga” (up) ataupun “neraka” (down) tetapi, terjebak diantara keduanya (in between).
Film ini dibuka dengan monolog yang dilakukan Cassie sebagai tokoh utama. Cassie memiliki karakter yang ekspresif, heboh, an actual social butterfly yang senang berpesta. Karakter ini adalah tipe karakter yang sangat klise sehingga, memberikan kesan awal yang membosankan. Beruntungnya, Lisa (Midori Francis) sebagai sahabat sekaligus teman sekamar Cassie, memiliki watak yang 180° berbeda dengannya. Lisa muncul dan memberi harapan untuk mengubah perspektif penonton. Kedua sahabat dengan watak yang berlawanan, ekstrovert dan introvert menjadi warna tersendiri untuk cerita ini.
Suatu hari, Cassie si ekstrovert merayakan pesta ulang tahunnya, dan pesta tersebut berlangsung menyenangkan. Akibatnya, jiwa introvert Lisa berteriak memanggilnya untuk pulang duluan. Mereka bertengkar. Meski persahabatan mereka sudah berlangsung lama, namun tetap saja watak bak bumi dan langit menjadi pemicu konflik. Cassie kembali ke rumah dalam keadaan mabuk berat membuat ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh di kamar mandi. Definitely, a dumb ways to die.
Kematian tidak wajar itu membawa Cassie bertemu dengan Val (Robyn Scott), seorang guardian angel yang akan menjaga dan membimbingnya selama ia berada di in between. Di moment in between, Cassie diberikan kesempatan kedua selama 5 hari untuk menyelesaikan masalah yang ia miliki di Bumi. Film yang mengangkat cerita “penyelesaian misi” sebelum ke akhirat sudah sangat banyak, seperti Hello Ghost maupun series seperti 49 days. Namun, waktu penyelesaian misi yang diberi tidak sesingkat film ini.
Film ini menampilkan dunia transisi yang unik, dengan memakai sistem kerja kantoran yang modern dan milenial banget. Belum lagi, film ini memperlihatkan kemudahan Cassie dalam mengganti pakaiannya. Cukup dengan membayangkan seperti apa pakaian modis yang ingin Cassie kenakan, maka secara langsung pakaiannya akan terganti. Sebuah ide yang cukup absurd, namun masih dapat diterima. Another plus point for the story plot!
Talking about Cessi’s love story, Afterlife of the Party tidak mengangkat urusan percintaan Cassie dengan lelaki idamannya, tetapi film ini akan menyuguhi kita dengan kisah cinta platonis persahabatan Cassie dan Lisa. Francis dan Justice sebagai pemeran memiliki chemistry yang sangat alami, sehingga kesan persahabatan yang hangat antara keduanya sangat bisa kita rasakan. Kebiasaan mengerjakan puzzle dan berdansa dengan lagu favorit mereka, menjadikan persahabatan keduanya sangat iconic. Selain itu, selama Cassie menjalani kehidupannya, ia cenderung egois dan tidak terlalu memedulikan Lisa. Sehingga, kesempatan kedua yang diberikan dimanfaatkan oleh Cassie dengan sebaik-baiknya dengan menjadi number one support system Lisa dalam pekerjaan maupun percintaannya. Kisah ini semakin menyedihkan ketika kita menyadari, Lisa akan kembali sendirian tanpa keberadaan Cassie di sampingnya.
Tambahan melodrama dapat kita rasakan saat karakter Cassie harus memperbaiki hubungannya dengan kedua orangtuanya di bumi. Berbeda dengan Lisa yang bisa melihat dan mendengar Cassie, Ayahnya tidak dapat melakukan hal tersebut. Cerita ini juga memperlihatkan cara berkomunikasi Cassie dan ayahnya yang terkesan cringe dan sangat dipaksakan. Beruntungnya, permasalahan tersebut diperbaiki dengan Ibu Cassie memakai cara yang lebih masuk akal dengan perantara Lisa dalam proses komunikasinya.
Mengangkat judul Afterlife tidak menjadikan film ini menyeramkan. Bumbu-bumbu komedi dari percakapan dan hal yang dilakukan setiap tokoh serta tone warna film yang ceria menjadi hal yang membuat kita betah untuk tetap menonton. Walaupun menjadi film top 10 di Netflix selama awal perilisannya, film ini sangat kurang dalam mengeksekusi latar belakang karakter utama sehingga banyak sekali detail kecil penting yang dilupakan. Seperti mengapa kedua orangtua Cassie berpisah? Apakah itu yang membuatnya tinggal bersama Lisa dan senang berpesta? atau “urusan yang belum selesai” apa yang harus Cassie selesaikan? Semuanya terkesan sangat abstrak bahkan sampai di penghujung film.
Film ini memberi kita pelajaran tentang betapa pentingnya menjaga komunikasi dan menghindari konflik dengan orang yang kita sayangi. Tidak hanya itu, kita diajarkan untuk memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya karena “I died before I even got a chance to live” adalah hal yang dirasakan si pemeran utama. Afterlife of the Party terhitung film ringan yang membuat kita merasakan emosi roller-coaster yang sangat menghibur. Jadi, selamat menonton!